Tampilkan postingan dengan label susy ayu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label susy ayu. Tampilkan semua postingan

18 Agustus 2012

PROLOG: 

Bara Cinta Dalam Sunyi 
Oleh: Heru Emka 


Haiku akhir-akhir ini menjadi isyu penulisan yang cukup sexy setelah gerakan menulis haiku muncul di Facebook dan merebak juga di Twitter. Puisi pendek asal Jepang ini memang menarik. Dari puisi yang tercipta dari perenungan batin para penyair Zen di Jepang sejak abad 17, haiku menyebar ke dunia dalam formatnya yang paling populer: tiga baris, dalam hitungan 6, 7 , 5 suku kata. Haiku jelas menjadi gaya tersendiri bagi puisi, di mana ungkapan batin terjalin dalam rangkaian kata yang minimalis, sehingga lebih cepat terserap ke dalam ingatan dan merangkai sebuah pemahaman.

Dalam 100 haiku cinta yang dikumpulkan Kurniawan Junaedhie dalam buku ini, saya membaca nuansa romansa yang bertaburan di dalamnya. Saya juga terkesiap membaca ledakan-ledakan perasaannya dalam kalimat yang hemat seperti ini : Hutan cemara di jendela membelit rambutmu di kedua paha Di samping itu sering kali dijumpai beberapa kejutan yang bernuansa jenaka: di pagi hari ada yang bercanda di balik celana saya atau: dinding kelu mengempit pintu aku dan si dia bergumul di situ ada hantu tersipu malu Haiku yang ditulis Kurniawan Junaedhie dalam buku ini mungkin jenis haiku yang benar-benar sexy yang mengungkapkan relasi cinta sepasang kekasih dengan segala gelora-gairah dengan segenap problematikanya. Selama ini haiku cenderung dianggap sebagai perlambang kontemplasi dan perenungan yang mendalam. Maka menulis haiku kadang dianggap sebagai sebuah kesaksian batin atas kehidupan yang sedang berjalan. Mungkin ada pertanyaan tentang format suku kata dalam haiku Kurniawan Junaedhie ini.

Seratus lebih haiku yang ditulis Kurniawan Junaedhie ini memang tak serupa haiku versi 5,7,5 suku kata. Ungkapan dunia batin yang amat personal yang diungkapkannya, menurut saya lebih mirip senryu, sejenis haiku bagi pengungkapan emosi antar manusia dan peristiwa hidup sehari-hari. Tapi menulis haiku di masa kini bisa saja berkelit dari batasan 5,7,5 suku kata, dan bolehlah Kurniawan Junaedhie menulis haiku cinta menurut versinya sendiri. Sedangkan idiom bahasa dan ungkapan puitiknya jelas mewakili gaya ucap puisi Kurniawan Junaedhie yang renyah dan mengalir lancar, selaras dengan kecenderungan gaya haiku pop yang tengah marak di jejaring dunia maya kita. Dan Kurniawan Junaedhie cukup piawai menaruh unsur kontemplasi haiku dalam idiom pengucapan pop, hingga kita sering berhadapan dengan haiku yang melayang ringan, namun mengandung liukan imaji yang cukup tajam, seperti ini: di antara rintik hujan terdengar tik-tok sepatu dan nafas tertahan atau: di antara dingin lidah berpilin menyalakan lilin atau: tubuh yang harum disimpan di mata dikulum di peraduan atau: di depan cermin tubuhmu ada dua bagian satunya rebah di pangkuan

Sebagai sesama penyair, saya tahu benar bahwa Kurniawan Junaedhie piawai melantunkan kalimat penyihir cinta dalam puisinya: di dalam korek api kutemukan tubuhmu sedang membara atau: tubuhmu sumbu tubuhku bara sunyi menyalakannya Di samping semua pacu deru rasa cinta itu, saya masih menemukan perenungan kontemplatif khas haiku: duduk di bawah rembulan semburat awan bergelayutan kata-kata tersimpan Yang menarik, semua ini teresapi sebagai penanda – lebih dari batasan semiotika semata – melainkan juga sebagai bingkai bagi sebuah peristiwa cinta, di mana kata hanya berperan sebagai jembatan menuju apa yang sesungguhnya terjadi : seribu kata tak ada makna ketika tubuh menjadi kalimat hingga semuanya berderai dalam kediaman ingatan, yang membara dalam sunyi, seperti yangt dinyatakan oleh Kurniawan Junaedhie dalam haiku ini: seekor kepiting menanting sunyi dalam gigitan waktu Akhirnya, selamat menikmati buku ini.

Semarang, dini hari, 16 November 2010



17 Agustus 2012

Mengapa Saya Menulis Haiku dan Menerbitkannya...

-
Haiku-mu 17 kata Haiku-ku entah berapa kata Semau gua!


Haiku bukan barang baru buat saya. Haiku pertama yang saya baca dan mengesankan adalah karya Basho, tentang katak yang mencemplung ke dalam kolam. Bentuk sastra yang menggunakan aturan 5-7-5 dan seterusnya itu pada dasarnya bukan barang aneh buat saya. Karena sudah lama saya mengenal bentu-bentuk sastra Indonesia semacam itu seperti pantun, dan gurindam di sekolah. Maka ketika Heru Emka dkk mempopulerkan haiku di Facebook, saya sempat menulis bukan haiku semacam ini:

Orang Jepang pandai haiku 
Orang Cina pandai haiya 
Orang kita serba pandai!

Tapi waktu berlalu. Menulis haiku ternyata punya sensasi tersendiri. 100 haiku ini saya tulis selama 12 jam, non stop. Sama sekali tidak berjuang untuk memecahkan rekor MURI. Dengan menjelaskan hal ini saya hanya ingin mengatakan, betapa asyiknya menulis haiku. Apalagi ada Susy Ayu yang memprovokasi dan bersedia menjadi inspirasinya. Ia pula yang men-support ketika proses penulisan maraton itu dimulai pukul 12 siang, sampai proses penulisan berakhir, pukul 00.00. Tentu saja saya–ehm-- tiba-tiba merasa menjadi Bandung Bondowoso, dan dia Roro Jongrangnya. Bedanya Roro Jonggrang asli menuntut Bandung Bondowoso membuatkan 1000 candi, saya secara sukarela berjuang menuliskan 100 haiku. Itu sebabnya, 100 haiku ini saya persembahkan untuk dia. 100 haiku ini lalu ditayangkan di kompas.com. Setelah itu, tugas saya sebetulnya sudah selesai. Tapi kemudian, saya mendapat banyak permintaan agar saya membukukannya.

Pucuk dicinta ulam tiba, --melalui Eviwidi,-- penerbit bisnis2030 rupanya tertarik, dan bersedia menerbitkannya dalam tempo sesingkat-singkatnya karena akan menjadi hadiah ultah saya yang istimewa tahun ini. Tapi untuk keperluan buku ini, naskah asli mengalami proses editing bahkan rewriting. Termasuk urutan nomor haiku. Lalu supaya seru, saya daulat teman saya Heru Emka, yang kebetulan pemerhati haiku yang mukim di Semarang untuk menulis kata pengantar. Saya berharap, dengan pengantarnya, 100 haiku yang saya tulis ini menjadi ‘lebih dekat’ dengan Anda. Sedang untuk kaver saya minta bantuan adik saya Yoku Ds yang sudah berpengalaman membuat gambar sampul dan illustrasi di sejumlah media massa. Pada akhirnya saya hanya bisa mengucapkan terimakasih untuk nama-nama yang saya sebut di atas. Kiranya Tuhan YME membalas kebaikan Anda yang ikhlas itu. Selamat menikmati!***

Kurniawan Junaedhie Serpong, 24 November 2010 

-

28 Desember 2010

MENIKMATI HAIKU BUAT SUSY AYU

MENIKMATI HAIKU BUAT SUSY AYU oleh Dimas Arika Mihardja

"MENGAPA saya menulis haiku dan menerbitkannya?" begitu Kurniawan Junaedhie (KJ) mengantar buku "100 Haiku untuk Sri Ratu" (Bisnis2030, 2010: 100 hal +x). Lalu KJ menjawab pertanyaannya sendiri "Menulis haiku ternyata punya sensasi tersendiri. 100 haiku ini saya tulis selama 12 jam, non stop. Sama sekali tidak berjuang untuk memecahkan rekor MURI. Dengan menjelaskan hal ini saya hanya ingin mengatakan, betapa asyiknya menulis haiku. Apalagi ada Susy Ayu yang memprovokasi dan bersedia menjadi inspirasinya. Ia pula yang men-support ketika proses penulisan maraton itu dimulai pukul 12 siang, sampai proses penulisan berakhir, pukul 00.00....itu sebabnya, 100 haiku ini saya persembahkan untuk dia". Itu pula sebabnya, judul tulisan ini kuplesetkan "Menikmati Haiku buat Susy Ayu". Heru Emka yang mengawal buku ini menyatakan afirmasi tentang "Bara Cinta Dalam Sunyi". Saya dalam tulisan ini akan mengajak pembaca melacak jejak seperti apakah "bara cinta dalam sunyi" yang ditangkap oleh Heru Emka. Dan agar berbeda dengan sudut pandang Heru Emka, saya akan mengawali petualangan ini dengan haiku 1/ musim rambutan/kami berjalan ke hutan/mencari ketenangan.

Haiku KJ diawali dengan penanda musim, kongkretnya musim rambutan, tetapi lantaran haiku itu puisi ungkapan "musim rambutan" itu janganlah langsung dimaknai sebagai musim rambutan beneran. Musim rambutan yang tampil hiruk-pikuk di pasar, mengajak kita memperoleh ketenangan justru di dalam hutan (meski di dalam hutan justru acap ditemukan binatang buas dan berbisa).

KJ menulis haikunya mungkin di tengah kota, tetaapi imajinasinya menyeret pembaca masuk ke dalam hutan makna. Gambaran nyala cinta mulai tampil pada haiku 2/ teh hijau tanpa gula/dinikmati dengan 1000 cinta/hati yang menyala. Sebagai "model" yang menginspirasi, bisa jadi, saat itu Susy Ayu menyeruput teh hijau sembari menemani KJ, dan dalam pandangan KJ terasa ada hati yang menyala. Pandangan KJ mengarah ke pokok-pokok pinus yang menghumuskan kata-kata mengisahkan gelora (haiku 3/). Lalu tampak dia berlari di jembatan/aku sembunyi diam-diam/senangnya bercandaan (haiku 4/). Siapakah "dia" yang berlarian? Siapakah yang sembunyi dan asyik bercandaan? Ah, ini gak penting, sebab di bawah jembatan/batu kali tidak pernah menanti/cintanya jatuh sendiri (haiku 5/). Cinta yang luar biasa dan terkesan tergesa, sebab di bawah jembatan/bibirnya jatuh/aku mengambilnya buru-buru (haiku 6/). Lalu konsentrasi pembaca dengan cerdik dialihkan perhatiannya ke semangkuk bubur ayam/bergoyang di meja restoran/air ludah saling menelan (haiku 7/). Lalu dua iris semangka/ teronggok di kulkas/sunyi melengos malu (haiku 8/). Sesudah itu, di kamar mandi/bau sabun menyesap/ke dalam jantung (haiku 9/), lalu pada haiku 10/ di dalam kotak AC/aku menyimpan hatinya/agar membeku. 

Sepuluh haiku gubahan KJ yang mengawali buku ini terasa asyik. Pembaca diajak bertualang memasuki hutan rambutan, menikmati teh hijau, menulis puisi di rimbun pinus, bercanda di bawah jembatan serupa batu-batu kali yang tak pernah menanti cinta, sebab cintanya jatuh sendiri. Pembaca juga disuguhi sensasi fisikal, sensasi rasa, sensasi cita rasa "bibir yang jatuh (dan) aku mengambilnya buru-buru, ludah saling menelan melihat semangkuk bubur ayam di restoran (mestinya rumah makan, sebab restoran itu hanya menyediakan aneka minuman), pembaca disuguhi sensasi yang menyegarkan "dua iris semangka/teronggok di kulkas/sunyi melengos malu"; lalu peristiwa di kamar mandi pun terdedah dengan indah dan menggugah, hingga sampai ke haiku 10 dinyatakan "aku menyimpan hatinya agar membeku". WOW.

SEPULUH haiku terakhir, tak kalah menyihir: aku berdiri di anjungan/dia diseberang pulau/mengirim pesan singkat (haiku 91/). Lalu di pagi buta/ ada yang bercanda/ di balik celana saya (haiku 92/), di antara rintik hujan/kudengar tik-tok hatiku/dan nafas tertahan (haiku 93/), pagi berembun/dia menggeliat/aku memahat (haiku 94/), daun gugur di tanah/bersama remah-remah/hatiku gundah (haiku 95/), terbit fajar/membakar rokok/membakar diri (haiku 96/), ketika siang berseri/perpisahan menanti/untuk ribuan hari (haiku 97/), sederet nama/selaksa cinta/hanya dia kusemat di dada (haiku 98/), pelayan hotel/menawarkan sarapan/kami sudah kenyang (haiku 98/), dan ayam pun berkokok/kutakhlukkan Roro Jonggrang/ sudah kubangun 100 candi (haiku 100/). Ya, seratus candi telah tegak berdiri mempertaruhkan eksistensi KJ sebagai penyair yang mampu menyihir. Candi yang mengabadikan risalah cinta yang penuh warna bunga. Roro Jonggrang telah tertakhlukkan oleh rangkaian kata-kata padat-padu yang tertuang dalam bentuk haiku.

Menilik penampilan haiku yang ditandai dengan angka 1/ sampai dengan 100/, sejatinya KJ telah menggubah puisi panjang. Puisi paling panjang dalam sederetan perpuisian Indonesia. Menurutku, KJ tak perlu "LATAH" menamai haiku, sebab senyatanya dalam perpuisian Indonesia telah dikenal sajak alit. Untaian "sajak alit" bernomor 1 sampai dengan 100 yang merupakan satu kesatuan menurutku telah mendedahkan sensasi rasa yang indah, enak dikecap lidah, merangsang untuk disentuh, merdu didengar, dan enak dibicarakan. Dalam sajak alit ini KJ terkadang tampil dengan gurauan segar, membanyol. Banyolan segar juga merupakan estetika perpuisian Indonesia yang tidak jatuh pada keinginan mengundang tawa, tetapi lebih mengarah pada seruan: WOW.

Begitulah KJ dengan puisi-puisinya. Meski Susy Ayu hadir sebagai support dan motivator, pembaca hendaknya jangan tergesa mengatakan "pasti ada apa-apanya", meski secara tegas KJ menyatakan di haiku 98: sederet nama/selaksa cinta/hanya dia kusemat di dada.

Akhirul kalam, lantaran penulis puisi telaah mati begitu sajak dipublikasikan, dan sumber inspirasi juga ikut mati saat pembacaan, maka ruang pemaknaan bisa menjadi semakin meluas dimensinya. Bagaimana luas dimensi puisi-puisi KJ, silakan para pembaca memburunya sendiri. Salam DAM damai senantiasa. . . .

27 Desember 2010

MENIKMATI KOPI BERSAMA PEREMPUAN KURNIAWAN JUNAEDHIE

MENIKMATI KOPI BERSAMA PEREMPUAN KURNIAWAN JUNAEDHIE
Catatan: Dimas Arika Mihardja

APAKAH ada yang menarik dari secangkir kopi dan perempuan? Seorang penyair pilihan kita, Kurniawan Junaedhie (KJ) menerbitkan buku "Perempuan dalam Secangkir Kopi" (Kosakatakita, 2010) memuat 45 puisi yang ditulis kurun 2009 dan dilengkapi endorsmen dari Seno Gumira Ajidarma, Heru Emka, dan Ags. Arya Dwipayana.

Hal yang menarik, "dua dunia", yakni dunia kopi dan dunia perempuan terpadu dalam sajian puisi-puisi liris-imajis yang menunjukkan kekuatan seorang KJ sebagai penyair yang telah memiliki tempat, sebab telah menemukan bahasa dan gaya ungkapnya sendiri. Meski, samar-samar dapat dilacak jejak gaya Sapardi Djoko Damono dalam hal permainan diksi dan imaji di dalam puisi-puisinya.

Setiap penyair dalam proses kreatif penciptaan puisi melakukan upaya merekonstruksi pengalaman ke dalam teks yang puitis, imajis, naratif, ekspresif, dan prismatis. Piranti kebahasaan oleh KJ dimaksimalkan untuk mengungkap sensasi puitis kedalam puisi-puisi imaajis--menawarkan aneka imaji yang menumpukan daya kreasinya pada aneka daya bayang yang meruangkan aneka bayang di ruang imaji para pembacanya. Dalam puisi yang paling diandalkan oleh KJ dan dijadikan judul buku, aneka imaji (imaji visual, imaji auditif, imaji rabaan, imaji cecapan, dan lain-lain imaji) dapat sampai ke ruang psikologis pembaca. Kita cicipi dan kita nikmati kopi bersama perempuan di dalam kutipan lengkap berikut ini.

PEREMPUAN DALAM SECANGKIR KOPI 
-Saat ngopi bersama Kurnia Effendi & Tina ketika ultah Endah Sulwesi di Jl. Sabang 

Perempuan itu hilang dari rumahnya. Meninggalkan dua anaknya yang sedang melukis pemandangan: gunung dan matahari. Ia terbang dan masuk ke dalam sebuah cangkir di kafe di meja dekat seorang pria yang sejak tadi asyik bermain laptopnya. Adakah yang lebih berarti daripada hidup di dalam cairan? Ia berenangan di dalamnya, dan karena iseng ia lalu menyumbulkan kepala dan memainkan matanya ke arah pria di sampingnya. Si pria terpana. Ia ikut mengerlingkan mata.Sangat sexy,menurut mata pria itu. Ada perempuan dalam cangkir, gumamnya. Tanpa disadari tangannya memain-mainkan sendoknya. Perempuan itu lalu menyelam lebih dalam ke lubuk kopi. 

Jakarta, 2009 

Apa yang segera ditangkap oleh pembaca usai menyimak puisi ini? Pembaca disuguhi sensasi imaji yang mengalir dan mencair di dalam rancangbangu cerita. Hal ini dapat dimengerti dan dipagami sebab KJ juga dikenal sebagai penulis prosa, penulis berita, dan penulis aneka kreasi. Potensi naratif-imajinatif yang dieksplorasi pada puisi ini tentu saja memanjakan ruang imajinasi pembaca sembari asyik menyusuri jalan cerita. Puisi yang tergolong naratif-imajis ini dapat dirunut pada puisi-puisi yang digubah oleh Sapardi Djoko Damono pada sebagaian besar puisi-puisinya.

Saya tak hendak mengatakan KJ mengikuti gaya SDD. Hal yang ingin saya katakan ialah bahwa KJ telah memilih cara dan gaya ungkap pilihannya sendiri. KJ tak perlu dibandingkan dengan puisi-puisi karya SDD, meski perbandingan karya dalam konteks hipogramdan interteks terkadang diperlukan juga untuk bisa memahami karya dengan lebih baik. Pada puisi yang dikutip itu tampak jelas bagaimana KJ mengolah diksi dan imaji untuk melukiskan secara lebih hidup "kisah" perempuan dalam secangkir kopi.

Secangkir kopi, bagi orang yang biasa mereguk kopi, telah memungkinkan tumbuh berkembang aneka bayang yang mengasyikkan. Pada sisi lain, sosok "perempuan" bagi kebanyakan penyair selalu saja merangsang imajinasi yang luar biasa. KJ seperti penyair besar lainnya, misalnya Chairil Anwar yang "jatuh hati" pada Ida, Sutardji Calzoum Bachri yang terpukau pada sosok Alina, dan penyair lain mungkin menghadirkan Sephia, Yessika, Selia, Laila dan seterusnya. Kopi dan sosok perempuan, keduanya memang inspiring--menumbuhkan inspirasi yang tak pernah ada habisnya untuk dieksplorasi. Hal yang dahsyat, sebuah puisi yang didedikasikan buat SA (mungkin Susy Ayu) dengan judul Perempuan dalam Secangkir Kopi (2) dapat kita nikmati berikut ini.

PEREMPUAN DALAM SECANGKIR KOPI (2)
SA 

Aku ingin sekali bisa mengapung sembari berenangan di dalam kopimu. Kubayangkan, betapa nikmatnya hidup dipermainkan air yang gelap dan pahit sambil digncang-guncang oleh sendokmu. Aku akan menukik,menyelam dan menggapai tanganmu lalu sesekali, sambilm berkecipakan di dalam air yang hangat itu aku akan mencium bibirmu di pinggir cangkir. Tak ada yang bisa cemburu. Juga air ludah dan lendir di mulutmu. Aku suka caramu memasukkan gula pasir ke cangkir dan menyedunya dengan air. Aku suka caramu membaui kehangatan air kopi dan caramu mencecap dengan lidahmu. Kamu paling akan bertanya, sejak kapan kamu suka berenang? Aku akan menjawab, sejak kamu menjerng air, dan menuangkannya ke dalam termos. Di tengah hidup yang pahit, aku senang menyelam ke dalam kopi bersama seorang perempuan yang hangat. Tak ada yang bisa cemburu. Juga sendok dan piring kecil dekat cangkirmu. 

Olala, Bintaro. Okt. 2009 

KJ dalam buku ini secara tematis memang menyajikan sosok perempuan. Perempuan di dalam puisi KJ bisa menjelma sebagai istri, si dia, pacar, MM, Medy Loekito, Rita Oentoro, Anny Djati W, Ariana Pegg, Yo Sugianto, Monalisa, Ahtia, Si Dia Si Penggoda, Dara, Ibu, Ibunda, Pradnyaparamita, dan sosok-sosok lain yang hadir secara imajinatif. Ada puisi yang didedikasikan buat lelaki, misalnya untuk Ayahanda ("Sebatang Pohon yang Rindang") dan Lazuardi Adi Sage ("Rest in Peace"), atau Kurnia Effendi (disebut sebagai subtitel "Perempuan dalam Secangkir Kopi"). Kopi dan perempuan bisa berpadu memberikan sentuhan kehangatan.

Usai membaca dan menikmati puisi-puisi KJ dalam buku ini,kehangatanlah yang terasa. Cinta yang hangat.Kasih yang hangat. Persahabatan yang hangat. Rasa hormat yang juga hangat. Demikianlah nukilan sebagian puisi di dalam buku ini. Pembaca lainnya, kiranya lebih asyik membaca sendiri sembari menikmati hangatnya kopi. Selamat kepada mas KJ yang telah turut mewrnai jagad perpuisian Indonesia dengan karya yang diungkapkan dengan bahasa "yang baik dan benar" menurut kaidah penulisan. Puisi KJ layak dijadikan referensi bagi siapapun yang memerlukan ruang naratif-imajinatif yang menghangatkan. Demikian, salam DAM damai senantiasa.

Jambi, 27 Desember 2010

http://www.facebook.com/notes/dimas-arika-mihardja/menikmati-kopi-bersama-perempuan-kurniawan-junaedhie/488029089367?notif_t=note_reply#!/note.php?note_id=488029089367&id=1403985450

24 November 2010

YANG KINI RINDANG (Dedicated to Kurniawan Junaedhie) - Susy Ayu

-
YANG KINI RINDANG
: kurniawan junaedhie

tanahmu meresap benih
perlahan berakar dengan sungguh
kini ia berbatang
berdahan
berdaun
berbunga

kutumbuhkan rerumputan
dan bunga-bunga kecil
di bawah rindangmu;
tempatku bernaung

Susy Ayu
24 Nov 2010
00.00 WIB



from the bottom of my heart
dedicated to mas Kurniawan Junaedhie
Happy Birthday...selamanya penuh cinta!

-
-

05 Juli 2010

Pergi Pulang ke Rumahmu

-
Aku sudah hapal jalan menuju rumahmu. Masuk tol, belok kiri, menikung kanan, kanan lagi, belok kanan, kanan lagi, lalu terus saja menuju ke hatimu. Sebaliknya bila pulang, aku belok kanan, menikung kiri, belok kiri, kiri lagi, lalu terus saja menempuh jalan pulang dengan hati lapang. Aku senang telah menyelami lubuk hatimu, dan merayapi jantungmu, meski jalannya bersimpang-simpang.

2010
-
-

12 Maret 2010

Membaca Puisi KJ: Catatan Susy Ayu

Susy Ayu, temanku yang ayu paras dan hatinya, secara mengejutkan, menulis resensi buku puisiku di FB. Menurut pengakuannya, dia menulis tulisan ini selama 3 malam diselang-seling kesibukannya mengurus rumahtangga. Ketulusan dan kejujurannya dalam menuliskannya, tentu hal paling bernilai buat saya. Thanks, Susy. Berikut tulisannya:


Buku kumpulan puisi seorang Kurniawan Junaedhie berjudul “Perempuan Dalam Secangkir Kopi” tengah terbuka di atas meja tulisku. Buku yang disampaikan oleh penulisnya pada sebuah rumah makan yang kami singgahi beberapa waktu lalu. Sungguh ini adalah sebuah buku yang tak pernah bosan kubaca. Maka ketika membacanya untuk kesekian kali ada perasaan yang cukup mengganggu hati. Sel sel kelabu di kepala segera cepat mengambil tindakan untuk mencegah ganjelan itu menyebar ke seluruh persendianku. Bikin aku lungkrah. Satu-satunya penyembuh hanya dengan cara menuliskannya, maka jadilah kutulis suatu perasaan yang begitu kuat tentang buku itu.

Membaca puisi KJ, aku seperti diajak menelusuri sebuah tempat dan suasana yang pernah kulewati yang sepenuhnya berisi benda benda yang tidak menyita perhatianku; cangkir, serbuk kopi, gula, air panas, termos, kamar, café, tiang listrik, dan sebagainya. Tetapi entah ketika membaca puisi KJ, aku seperti bibawa kembali ke tempat tempat itu..dan diajaknya aku melihat benda benda yang sebelumnya tak menyita perhatian menjadi sesuatu yang demikian menarik dan membekas. Astaga….betapa cantiknya semua benda itu kau lekuk lekuk menjadi berbagai bentuk tanpa kehilangan keasliannya. Aku pernah bilang begitu, dan dia hanya tersenyum.

Kupikir KJ tidak memandang sesuatu sebagai apa, tetapi bagaimana. Seperti itulah yang tergambar kemudian di seluruh puisi puisinya. Pada puisinya “Perempuan dalam Secangkir Kopi 1 dan 2“ kita bisa melihat betapa lihainya dia memainkan secangkir kopi di dalam genggamannya, membentuknya menjadi sebuah wadah serupa hatinya. Lalu perempuan itu berenang di sana, memunculkan semacam godaan dan daya tarik yg timbul di dalam hatinya. Juga bagaimana sendok kecil itu dia gunakan untuk mengaduk seorang perempuan agar menyelam makin dalam ke dalam lubuk kopi. Lubuk hatinya.

Bagi beberapa penyair, (entah itu anak bawang atau sudah kawakan) biasanya akan melukiskan tentang ingatannya terhadap seseorang dengan cara begitu saja. Seperti sebuah frame lalu seseorng muncul begitu saja di tempat yang abstrak..mungkin melayang di udara, di benak , dengan serangkaian kata kata indah penghias taman…Namun tidak bagi KJ. Dia bisa meletakkanmu di mana saja, di dalam sebuah benda yang tidak abstrak, benda yang ada di sekitar kita, di dalam cangkir (“perempuan dalam Secangkir Kopi 1-2” hal 1&2), di atas mesin photo copy ( “ Keroncong Kebayoran” hal.18-19) atau ke dalam bubu ( “Kau, ikan & Nelayan” hal. 6). Lalu kita merasa benar benar berada di dalamnya lengkap dengan suasana kopi, lalu tertempa cahaya mesin photocopy, juga sesak di dalam bubu. Kita akan diletakkan pada tempat yang benar benar benda…bukan sesuatu yang abstrak, namun di tempat tempat yang tidak terduga.

Membaca puisi KJ. Aku menangkap aura kesederhanaan, tentu saja dari hatinya, seperti halnya kita menulis dengan hati. Tidak ada yang muluk muluk dari puisi puisinya, dengan kata lain puisi puisi itu tidak dibangun dengan konsep puitika yang njelimet dan rumit namun dibentuk dari putika yang sederhana, jernih sehingga gagasan dari penyairnya tersampaikan secara komunikatif. Sebab seringkali penyair terpaku pada diksi diksi yang dipercantik sedemikian rupa sehingga penyairnya terjebak pada metafor-metafornya sendiri, kemudian puisi menjadi kebingungan mencari arah dalam menyampaikan makna dan pesan.

Ini menimbulkan kesimpulan yang kutarik sendiri, bahwa kita tidak perlu mati-matian mencari puitik dalam kalimat, namun membangun puitik itu pada keseluruhan puisi.

Puisi-puisi KJ memang terasa bening, sehingga kita dengan mudah melihat kedalaman hingga dasarnya. Seperti sebuah frame yang berisi nama-nama, sosok sosok pada suatu waktu dan tempat. Kulihat KJ sangat menghargai hubungan dengan orang orang di sekitarnya, bahkan menjadikan itu salah satu elemen yang sangat berarti dalam hidupnya. Secara tematik, puisi puisi KJ menghadirkan kesendirian, kesunyian, kesedihan, juga cinta yang meluap. Tema tema itu begitu kuat getarnya namun tidak diolah dengan pengungkapan yang cengeng.

Puisi puisi KJ juga mengandung aura erotik diperdalam dengan konstruksi imajinasi. Cumbu yang bagi KJ adalah suatu bangunan yang layak ditulis dalam pencitraan atas rasa cinta pada puncaknya. Begitulah apresiasi KJ terhadap keindahan atas dorongan hasrat yang kuat, di mana nafas nafas birahi itu dikemas dengan halus dengan cita rasa hingga tidak vulgar yang bisa berkembang ke arah pornografi.

Membaca puisi KJ, tidak ada halaman yang kubaca sambil lalu. Selalu ada rasa yang berbeda pada tiap puisinya, seperti pulasan warna warna yang mampu memberi paduan dominasi warna berbeda pada masing masing kanvas.

Kita tidak perlu harus mengenal siapa dan bagaimana Kurniawan Junaedhie tapi memiliki buku puisinya adalah seperti terbawa pada dunia yang tidak bisa kita temui di peta manapun. Tidakkah menarik untuk sebuah petualangan imajinasi yang menginspirasi?

Kurniawan Junaedhie telah berada di dalam elemennya, sehingga bilah bilah jarinya mencipta puisi-puisi yang bercahaya. ***


Susy Ayu
(penikmat sastra, bukan pengamat)
Maret 2010


semua puisinya kusuka, tapi akan kubawa satu puisinya ke sini yang menjadi inspirasi untuk judul buku ini

PEREMPUAN DALAM SECANGKIR KOPI (2)
- sa

Aku ingin sekali bisa mengapung sembari berenangan di dalam kopimu. Kubayangkan, betapa nikmatnya hidup dipermainkan air yang gelap dan pahit sambil diguncang-guncang oleh sendokmu. Aku akan menukik, menyelam dan menggapai tanganmu lalu sesekali, sambil berkecipakan di dalam air yang hangat itu aku akan mencium bibirmu di pinggir cangkir. Tak ada yang bisa cemburu. Juga air ludah dan lendir di mulutmu.

Aku suka caramu memasukkan gula pasir ke cangkir dan menyedunya dengan air. Aku suka caramu membaui kehangatan air kopi dan caramu mencecap dengan lidahmu. Kamu paling akan bertanya, sejak kapan kamu suka berenang? Aku akan menjawab, sejak kamu suka menjerang air, dan menuangkannya ke dalam termos. Di tengah hidup yang pahit, aku senang menyelam ke dalam kopi bersama seorang perempuan yang hangat. Tak ada yang bisa cemburu. Juga sendok dan piring kecil dekat cangkirmu.

Olala, Bintaro. Okt. 2009
Kurniawan Junaedhie


Dan berikut komentar pembacanya:

Muhammad Baidowi, Shanti Koto Sudharno, Nani Tandjung dan 37 lainnya menyukai ini.

Ardi Nugroho puisi mas KJ dalam buku itu memang meremas rasa dan memeras kelana jiwa.. asyik sekali ketika kita menyusuri halaman halamannya.. seakan selalu ingin mengulang untuk berenang di kedalaman air kopinya yang hangat dan menyengat..
---
Mbak Susy.. ulas kupasanmu ini begitu pas... hehehehe rupanya plong ya telah menumpahkan semua rasa yang bersemayam di... Lihat Selengkapnya dalam usai menikmati dan menikmati secangkir kopinya Mas KJ.. sama dong.. aku malah sudah habis bercangkir-cangkir.. dan tak ada bosannya.. jadi ndak tenang kalau tidak menjenguknya atau setidaknya mengintipnya setiap sore hari...

Nona Muchtar aku juga g bosen2nya baca buku puisi itu. mantap deh! bos kite emang jago meramu kata. ngga berputar2. ngga jelimet. kita baca, langsung bles! mengalir deh perasaanku seperti puisi puisinya..

BTW, Perempuan Dalam Secangkir Kopi, emang paling TOP!
cm kadang sebel aja sm mas KJ dn inspiratornya. ngupi kok ngga ngajak2 sih? bwahahahahaha
... Lihat Selengkapnya
cantiiiiiiiiiiiiiiiiik, miss UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU..

Donald Sitompul sajak yang intim dan personal... dibangun dari pemahaman mendalam sang penyair terhadap 'suasana bathin' perempuan...

Ardi Nugroho Mbak Nona, sabar toh yo.. kapan kapan pasti diajak...
aku juga nunggu diajak Mas KJ lho...

kalo nggak ngopi ya nge'teh' saja kapan2.. hehehehehe

Nona Muchtar klamaan nunggunya mas Ardi. ntar kburu ngga ada yg jualan kupi lagi hihihi

Nani Mariani aku setuju susyykkuuu.., elemen2nya sangat bercahaya..
seneng bisa ikut menikmatinya susy.., maksih ...
salam

Susy Ayu -Pakdhe Hardho> lha nggih niku to, pakdhe hehehe
-Mas Imron > Makasih atas spresiasinya ya, Mas Imron...salam persahabatan dr ku
- Bang Donald > ya, bang..sajak sajak mas KJ memang sangat intim terhadap apa yg dibawanya.

Susy Ayu -Mas Ardi > hahaha..iya...kopine pas..untuk diteguk juga untuk kita selami...pas lah ya, sama rasa kita, mas...

-Nona > huihihihih..... yup...yup..sama, berarti akutidak berlebihankan mengupas buku itu...Ngupi? tau tuh..mas KJ gak ngajak ngajak juga niii....Miss U to cantiik..hwhahwhahwhahwha

Ira Ginda hem..kupasan awal yg mantep bener..buat sabtu yo..hehe..tpi sure i like it aduuh..bacanya dengkulku anjlok..ingin berenang jga..miss U sista..like it deh..

salam takzimku...

Lina Kelana ayo rame rame kesono yuk....xixixix

Susy Ayu Mbak Nani> Huyuuuu..mbak Nani sayang, makasih dah mampir jauh jauh dr sana...senang kalo mbak Nani juga bareng menikmatinya.....muah muah

Ira > sista..hihi..yg Sabtu besok bedah buku antologi cerpennya mas KJ dgn 3 pengarang lainnya...Resensi ini untuk kepuasan bathinku aja, ben ra sesak krn ditanggung sendiri hihihi

Lina > Lina....ayoo ke pds Sabtu, kan bisa ketemu mas KJ sekalian nanya naya apa yg mau ditanyain hihihi

Saut Poltak Tambunan Secangkir Kopi KJ memang kopi berani, maju tanpa teman (singkong goreng, ubi)

'Athan Wira Bangsa' Sangat tepat ulasan mbak Susy, saya juga merasa demikian.

Pratiwi Setyaningrum wekekekee.. apik tenan..

memang harusnya baca resensi Susy dulu baru beli buku "Perempuan dalam Secangkir Kopi" ini, karena langsung membuka kesadaranku, dan membacanya seperti diajak masuk ke taman bunga yang ternyata indah sekali.. wow.. buktinya, begitu tiba di akhir resensi lalu mendapat hidangan satu contoh puisinya mas KJ, omongan Susy ternyata benar belaka. Tidak Kurang. Tidak lebih. Pas.

GJOB Suzsyecuuww!! ^o^)9

Pratiwi Setyaningrum Oya. Buku ini sudah ada dan bisa dibeli di Gramedia. Tadi aku lihat, satu kotak dengan buku-buku Pramudya ^_^)

Andy Darmawan ... akupun mengagumi mas KJ, seperti mengagumi tulisan (pengamatan) dari seorang Susy nan Ayu ... terima kasih sekali Susy, kerena tulisan ini (dan mas KJ), aku turut terbuka mata dan hatiku dalam sastra ... sungguh ...

Awan Hitam Senang membaca ulasan mba Susy dan apresiasinya terhadap tulisan mas KJ...dan bagaimana mba Susy menangkap tulisan mas KJ digambarkan dengan kalimat
"dan diajaknya aku melihat benda benda yang sebelumnya tak menyita perhatian menjadi sesuatu yang demikian menarik dan membekas. Astaga….betapa cantiknya semua benda itu kau lekuk lekuk menjadi berbagai bentuk tanpa kehilangan keasliannya."

Pas saya membandingkan ulasan itu,dan puisi mas KJ,dengan judul " PEREMPUAN DALAM SECANGKIR KOPI (2) "..terasa apa yang dituliskan terdapat kesesuaian,selain itu saya juga cara penulisan mba susy..juga umumnya memainkan kedekatan antara diri ...dan sekitar ... ..
... Lihat Selengkapnya
Perhatikan baris puisi mba Susy...dengan judul SEDIH TAK BERNAMA...
"kau bisa saja datang terlambat atau begitu tergesa gesa
seperti gaduhnya kereta melintasi kursi fber di peron
namun kau sisakan lekat di gaunku
membuatku selalu menoleh mengenali tawa
hingga air mata memantul pada tiap gelak"
(Duduk diperon..gaun..suasana hati..tawa ..airmata ...)

PEREMPUAN DALAM SECANGKIR KOPI
Aku ingin sekali bisa mengapung sembari berenangan di dalam kopimu. Kubayangkan, betapa nikmatnya hidup dipermainkan air yang gelap dan pahit sambil diguncang-guncang oleh sendokmu.
(Duduk minum kopi...gula..kopi...pahit ..dia..susasana hati..)

Salam hangat dan hormat untuk mba Susy.
Terimakasih telah berbagi

Fekhi Dre aha satu lagi apresiasi buat mas kj ^_^

Wilu Ningrat ...
tidak gampang me"Resensi" buku bagus, apalagi kalau penulisnya sekelas K.J.
tapi ...
dalam note ini
S.A. sukses bersepadan dengan buku yg diresensinya... Lihat Selengkapnya
!!!

Trisnowati Josiah Asik membacanya, sebuah catatan berharga bagi "KJ", dan suatu pencerahan yang sangat berarti tentunya buat Susy. Kita pasti menemukan "mutiara", ketika kita masuk ke dalam suatu karya yang berjiwa.....

Trims nona ayu, salam hangatku, tj.

Susy Ayu SPT> Bang Saut..hehehe..emang mas KJ berani ngupi sendiri tapi sebenarnya selalu ditemani dgn kawan imajinernya..

Athan Wira bangsa> Makasih mas Athan, kita sama rasa...hehe aku cari temen nih..:)

Pratiwi > Tiwiquw...qeqeqe...berjuang, sit...ini kali pertama bikin resensi sebuah buku, tanpa tahu teori semata berdasar atas rasa saja..Gak tahan kalo gak ditulis, buku ini memang luarbiasa mengagumkan.

Susy Ayu Andy Darmawan> Mas Andy, pengamatan berdasarkan mata hati..dengan pengetahuan atas teori2 puisi yang Nol Besar kumiliki..Dengan banyak merasai aneka puisi, kupikir kita akan lebih peka meraba bentuk bentuknya yang sangat beragam di dunia sastra kita yang canggih ini. Suwun ya, Mas..

Awan Hitam > Mas Awan, aduh..lagi lagi mas selalu berkomentar yang bikin aku mengintip lebih dalam. Tak terlintas sedikitpun ttg keserupaan (namun tak sama) dgn puisiku . Mas jeli banget ya? suwun atas segala yang Mas gali lebih dalam...Mungkin karena ak termasuk pengagum puisi mas KJ, jadi tanpa disadari ada sedikit warna senada kali ya, Mas? :)

Femi > hihihi..buku puisi ini dahsyat lho..! sungguh rugi kalo gak memilikinya, sebab itu ada dorongan yg kuat untuk mengapresiasikannya.... Lihat Selengkapnya

Susy Ayu Wilu Ningrat > Wilu, jujur aja ini resensi buku pertama yang aku buat, atas desakan dr dalam hati sendiri akibat kagum yang tak henti henti. Dgn pengetahuan yg sangat terbatas & hanya berdasar atas rasa, sekaligus tanpa sepengetahuan mas KJ, maka jadilah resensi yang kutulis dgn sungguh2. Jujur aku lega setelah membaca komentmu. tengkyu, Wilu...... Lihat Selengkapnyasemoga tak pernah jenuh untuk singgah.

Trisnowati > Mbak TJ..! senang ya,mbak saling berbagi rasa dan kata benak satu sm lain kayak gini...Semoga berarti buat mas KJ, juga memberi ilmu bagi semua..dgn melihat bentuk2 puisi yg berbeda beda :) makasih ya, mbak TJ sayang...! trimakasih untuk energimu!

Fekhi Dre iya dong... udah punya dan udah baca, enak segelas kopi, cemilan buku. kenyang :D

Susy Ayu Femi> hihihi...pembeli pertama ya, sista? emang asyik..dibawa sambil ngupi, atau obet ngusir bete...siap siap buku puisi berikutnya, sista..! Bibir di bawah Bantal..hihihi

Kurniawan Junaedhie wakakakak, sip, sip. wah jadi malu, resensinya lbih bagus dzri puisinya. :-))) ayo tulis resensi buku yg lain.... tengkyu, sus!!!

Rini Sanyoto kueren luar biasa....!! btw beli bukunya dimana ya?sy cari gramedia koq gak ada ya??? ada yang bisa bantu ?

Susy Ayu Mas KJ > hihihi..tengkyu juga, Mas...aih, gak laaah, masak bagusan resensinya drpd bukunya ...ini kunamai curhat akibat membaca buku puisimu...Waks, resensi buku yang lain? Ampuuun....DJeeee... eh salah ! ampuun KJeeee..!

Abah Yoyok mantafs. Alhamdulilah. hari tambah satu lagi ahli bedah buku sastra. mas KJ, gimana klw utk launching buku PDSK, mbak susy aja yg jadi pembicaranya. hi hi hi.. dijamin pengunjung akan klepek2 dan langsung buku terjual habis. he he he.. Mas Handoko, hati2 saingan baru ahli bedah sudah berada di depan mata. hahaha ha ha...

Fekhi Dre yoi, udah milih kaver juga nih :D
Kemarin jam 19:48Susy Ayu Mbak Rini> nun sewu , mungkin pas habis ya di Gramedia itu.. bisa inbox saya alamat mbak Rini, harganya Rp. 25.000, sudah termasuk ongkos kirim untuk pulau Jawa. Monggo, mbak..via inbox...matur suwun yo,Mbak...ini salah satu buku wajib untuk penghilang bete hehehe

Femi > hihi he-eh....covernya "horor" hahahah

Fekhi Dre hihihi sexy donggg... ntar kalo kita bilang horor, mas kj takut lagi wkwkwkwk

Susy Ayu Abah> Waks...kabuuur.....! hihi..ini curhat aja, Abah...tanpa bermaksud ngikuti peran mas Handoko sebagai pengamat sastra..oh tidaaak...! But, matur suwun ya, Abah, setidaknya dah pas di hati hehehe

Femi> oh iya ya?...qiqiqiiq

Shinta Miranda Aku sangat amat sependapat dgn Susy..bukan saja kagum pada puisi2nya Mas KJ..aku kagum banget sama dikau Susykiu,..katanya, selain menjadi penulis, penulis pun seyogyanya bisa mengulas sebuah tulisan-dan dirimu telah membuktikannya.....hiks....aku jadi iri..
Puisi2 Mas KJ: ada nuansa yg mengagumkan keluar dari raga seorang KJ, simple but sensitive, praktis kadang sinis...ga ada duanya .....luv it, Susy...gue kagum sama dua2nya, deh pokoknyeeee...

Ratna Dewi Barrie aku jadi tertarik mau beli bukunya, ntar kalo ke Gramedia, Tq Susy...:)

Dini Kaeka Sari weee..mau..mau..mb suz aq bukunya.
haha..mas KJ pny bakul bukunya.salam ya..
piye carare mb suz kl mo pny bukuny?

Susy Ayu @Mbak Ratna dan Mbak Dini...kalo mau bisa kubantu, inbox aku aja alamat pengiriman, nanti ku tulis rekening Mas KJ langsung aja, jadi dapat tanda tangan mas KJ sekalian ..dijamin puas...hihihi...Makasih sudah mampir sini ya, sista sistaku....

Susy Ayu Mbak Shintaaaa.....sebenarnya bukan karena bisa,mbak..tapi karena desakan perasaan yang muncul , kalo gak ditulis bikin crowded isi kepalaku..jadi benang kusut, karena isi benak nambah terus..jadi harus diuraikan satu satu....Itulah kenapa aku berhari hari stuck gak bisa nulis apapun, ternyata harus menulis ini dulu..hihihi..makasih ya,mbak sayang.

Weni Suryandari suuuusss.....aku yakin kau membuat ulasan ini dengan seobjektif mungkin, beberappa puisi yang kau kutippun telas pernah kubaca, da aku memang makin yakin, dalam kesederhanaan itu mas KJ berhasil membawa pembaca larut dalam rasa yang teraduk-aduk pada benda2 sekitarnya...
mas kj memang punya ciri khas itu, sebagaimana seorang afriza/l malna membuat puisi yang berdiksi teknologi dan nuansa benda2 modern....
apik sus, tulisanmu....hehehe

Susy Ayu mbak wen..waah..luas banget soal membacamu pd puisipuisi lain ya?..kita tuh sering mudah menangkap jenis atau model puisi si a, b dan c..bahkan ketukan nafasnya aja kita bisa rasa..hingga meski diberi nama penulis lain, tapi kita bisa merasa itu nafas milik siapa.....begitulah cara kerja "rasa" itu kali yah,mbak?

Reza Tebet keeeeereeeeennnnzzzzzzz

Jim B Aditya Luar biasa.... Sebuah tinjauan yang amat jernih. Apa lagi yang kurang Susy. Puisimu mantap, cerpenmu pulen, sekarang ulasanmu tentang puisi KJ, begitu bening, dan menuntun orang untuk lebih mengenal sang penyair secara lebih utuh. Salam takzimku Susy yang luar biasa....

Aant S. Kawisar oke punya...

'Athan Wira Bangsa' Ulasan yang keren, jadi penasaran ingin menikmati lebih jauh puisinya mas KJ, salam...
Hari ini jam 6:26Foeza Hutabarat puji puisi...senang luar biasa, puisi-puisi KJ merasuk sukmamu. Sus...

Seseorang Itu Nana Mulyana ...aku sekarang sudah di atas papan loncat, mau terjun ke bawah cangkir puisi itu...yang uapnya bangkit, membentuk awan berkelompok-kelompok di atas ladang-ladangku, asap putihnya bersirip kebersahajaan, keajaiban dan yang tak tersangkakan...tapi tak juga aku jadi terjun...karena ikan-ikanmu sudah meloncat terlebih dahulu dan mereka tak pernah gagal untuk mencium pipiku...

Helga Worotitjan II "Membaca puisi KJ. Aku menangkap aura kesederhanaan, tentu saja dari hatinya, sepertihalnya kita menulis dengan hati. Tidak ada yang muluk muluk dari puisi puisinya, dengan kata lain puisi puisi itu tidak dibangun dengan konsep puitika yang njelimet dan rumit namun dibentuk dari putika yang sederhana, jernih sehingga gagasan dari penyairnya ... Lihat Selengkapnyatersampaikan secara komunikatif. Sebab seringkali penyair terpaku pada diksi diksi yang dipercantik sedemikian rupa sehingga penyairnya terjebak pada metafor-metafornya sendiri, kemudian puisi menjadi kebingungan mencari arah dalam menyampaikan makna dan pesan"

udah pantes jd pengamat...keren........Mas KJ is the best ;)
Susy Ayu Reza Tebet> bukunya emang keren, Mas..:)
JIm B Aditya> yhiaaaa...mas Jim...nulis yg dirasain apa, Mas...dirasakan dgn khidmat..hihi..salam takzim juga buat mas Jim!
Aaant > he-eh, Mas..bukunya oke bangets!
8 jam yang laluSusy Ayu Mas Athan> memang belum lengkap tanpa miliki puisi2nya,,serius! aku gak bakal bisa nulis begini kalo bukan puisi2 itu yg menuntun..

Foeza> Mas Foeza...ya, Mas..gak bisa kutuliskan sepatah katapun kalo aku gak kerasukan hihihi

Seseorang Nana > whuaaa...Mas Nana! kereeen...!! aih emang jagonya deh mas Nana ..bisa membuat merasa lebih dalam!... Lihat Selengkapnya

Helga > Inne....hehehe..puisi2 mas KJ yang nuntun aku hingga menyatakan itu. Aih..penikmat aja, sista...kalo ngamatin nti takut salah hihihi...Yeah, mas KJ is the best!

Dharmadi Penyair: pas ungkapan mbak Susy Ayu setelah membaca puisi KJ. memang demikian adanya mas Jun yang sudah saya kenal sejak tahun 70-an. enteng-enteng saja penampilannya, apa adanya. dan terbaca dalam puisinya; ringan, mengalir begitu saja, tetapi enak di rasa.

03 Desember 2009

Kepada Seorang Kurniawan Junaedhie


oleh Susy Ayu
25 November 2009 jam 16:02


aku mengenalmu lebih lambat dari sebuah pesta reuni
terbit sebuah rasa yang enggan berpaling dari sebatas waktu
kemudian kau cipta lukisan
memulas warna suram, separuhnya semburat warna cerah

begitu mudah untuk memahamimu
sebab pada langit yang melengkung itu
tetap saja kau tabur bintang bintang
pada pagi, siang dan malammu

kulihat hatimu yang bersahaja
karena bunga dan pepohonan saling menumbuhkan
kambing ,kucing, singa, gagak, dan penjual bunga
berdampingan memperlembut kemarau di sana

cinta terus kau cipta
untuk sekeliling
untukmu
begitulah kau membahagiakan semesta

Selamat Ulang Tahun, Mas KJ
semoga tak putus bahagia dan sukses untukmu. Amin

24 Nov 2009
Susy Ayu


Suka: Anda, Shinta Miranda, Abah Yoyok, Eka Huang, Sonny MBali Budisatria, Shinta Miranda, Abah Yoyok, Eka Huang, Muhammad Baidowi, dan Ardi Nugroho.

Kurniawan Junaedhie: aduh aduh,.... sebuah puisi yang tak hanya indah tetapi menggugah. secara subyektif aku suka. terimakasih ya, sus? eh, tiba2 saja aku tdk takut mati, karena yang mengiringiku skrg tak hanya tukang tanaman dan perangkai bunga, tetapi juga para perempuan2 ynag indah yang pandai merangkai kata. sukses juga untukmu selalu. always.

25 November jam 16:10 · Susy Ayu: ..cuman bisa ngasih itu aja....senang kalo mas suka...tambah bijak, tambah pemurah hati, tambah penyayang..tapi jgn tambah manja ya..kalo ngambek repot soalnya .qiqiqiq :D

25 November jam 16:14 Ardi Nugrohomemang, taburan bintang-bintang Mas KJ selalu menyuguhkan gradasi inspirasi yang kaya sekali...
Sekali lagi.. Happy B'day brother, Wish all the best for you..
-----
Mbak Susy, sajakmu untuknya wangi sekali... aku jadi iri.. hehehehehe

25 November jam 16:18 Susy Ayu: Mas Ardi....mas KJ itu banyak dikelilingi perempuan2 indah yang pandai merangkai kata...makanya hidupnya penuh bintang bintang ....

makasih ya, mas...salamku dr sini .hehehe...

25 November jam 16:27 Yo Sugiant: ooh gitu toh ,sus. baru tahu kalau KJ itu celeb dng penggemarnya perempuan2 indah. wah kudu belajar nih sama KJ.

25 November jam 16:44 Susy Ayu: hahah mas Yo...soal itu hanya mas KJ yang tahu persis..sy hanya menebak, tapi seperti kata mas KJ, kayaknya sih iya...wkwkw...

25 November jam 16:45 Yo Sugianto: sus, ntar datang ke reboan? lama gak keliatan artis anita yg nongol. masa cuma kef saja, sampai bosen liat dia hahaha

25 November jam 16:46 Susy Ayu: hahaha..iya, mas..pengen banget..tapi anak2 gak da yg jaga, gak da pembantu, bojo masih di tanah suci...Insya Allah bulan depan, iki yo wes kemeccer sakjane..:)

25 November jam 16:48Yo Sugianto: pengen ngerti aku kemecer-e jeng susi kayak apa? hahaha

25 November jam 16:49 Nona Muchtar: Mantap Sus!
Mas KJ, sekali lagi 'met ultah ya? Semoga sealu dalam lindungan Tuhan YME dan terus sukses. Amin.
Kemarin kayanya udah nulis diwall tapi kok g ada..

25 November jam 16:50 Susy Ayu: haha mas Yo, nganti ra iso ngopo ngopo.....

@ Nona cantik..ya itu error..sampe yg ultah gak bisa lihat, jadi ku posting berupa note aja...hehehe...makasih ya hun...

25 November jam 16:54 Helga Worotitjan II: Kado yang indah!
Mas KJ telah membuat kami sgt2 merasa beruntung ♥
He deserves all the best

SELAMAT ULANG TAHUN MAS KJ, TUHAN MEMBERKATI !

25 November jam 17:30 Pratiwi Setyaningrum: Mas KJ, HAPPY BIRTHDAYYY!!!!!

yip yip Hoyeeeyy!!\(^o^)/

Indah banget puisinya Suzsyecuuwww!!

25 November jam 17:35 Kwek Li Na: selamat ulang tahun Mas KJ...GBU always.

25 November jam 17:36 Susy Ayu: kita keroyok lagi? ah jangan lah...di inbox juga sudah cukup untuk klepek klepek hehehe

25 November jam 17:37 Saut Poltak Tambunan: @KJ, takutlah mati, supaya hidup itu lebih berharga.
@Susy: Kado yang sangat spesial.

25 November jam 17:40 Susy Ayu: Abang, cuma bisa ngasih itu...:)

25 November jam 17:42 Jim B Aditya: Wah... kadonya spesial banget. Ada apa nih... Mohon transparansi ya... Jangan sampai saya bentuk tim sembilan...

25 November jam 18:05 Susy Ayu: hahaha mas Jim..suer..gak ada apa apa...masak mesti kayak tigaji eh duaji pake bersimbah air mata sambil membawa nama Allah? ...hehehe

25 November jam 18:07 Leonowens Sp: Buat bang Leon, mana neh...? He6x, juzt kidding.

25 November jam 18:09 Susy Ayu: heheh pengrajin kata kata..ayo kita bertambah rajin...siip..doakan saja ya, mas Leon....anyway, selamat atas anugerah penghargaannya yaw? wow...!

25 November jam 18:14 Kurniawan Junaedhie: jim: tim 10 sdh dibentuk:-)
untuk tim 10 (mbak helga, mbak dewi, mbak fara, kwek li na, nona, mbak shinta, mbak tiwi, susy, tina dan mbak weni: pokoke terimakasih sekali lagi. doanya pasti terkabul, karena keroyokan. hehehe. i love you full.

25 November jam 18:40 Nona MuchtarOh gitu? pantesan hehe
sama2 sayangku ..

25 November jam 18:59 Faradina Izdhihary: hahaha aku baru mau nulis soal Tim 10, lha jagiannya sdh mlakukan transparansi. Andai para lelaki tahu, bagaimana di inbox kita menghabisi Mas KJ bisa iri benar mereka, Sus. hahaha betapa iri dunia pada Mas KJ yang baik itu

25 November jam 19:00 Weni Suryandari: mas KJ memang tak main main membentuk Tim 10 (bukan tim 8 ya?). Kita jadi bersemangat untuk terus kreatif....bukan main mas KJ...
Susy...puisi dedikasi ini, wuah,luar biaaasaaa!!!

25 November jam 19:32 Jim B Aditya: Interupsi pak KJ. Bukan jumlah tim yang jadi masalah. Tapi cara penunjukan anggota timnya bisa dicurigai penuh rekayasa. Masa anggota tim penyidik dipilih sendiri oleh yang mau disidik? Wah... ini pasti ada udang di balik peyek...

25 November jam 20:39 Dewi Maharani: huahahahaa ... aku terlambat ternyata
indah nian puisi ini Susycuuww ...

mas KJ .. sekali lagi selamat Ultah yaaa..
... Lihat Selengkapnya
Tim 10 siap tunjukkan tanduk2 nya .. hahahaa
25 November jam 21:14 Ardi Nugroho: bagi TIM 10, diharap siap-siap memenuhi undangan dari istana... :)

25 November jam 21:17 Susy Ayu: hahahaha......biarin, senjata makan tuan mas KJ bentuk team 10 ! qiqiqiq

25 November jam 23:20 Susy Ayu: Mbak Dina...mas KJ lebih lihai membaca ganasnya para wanita di team 10....jadi gak keduluan yang lain...qiqiqiq...

25 November jam 23:21 Susy Ayu: Bang Jim..hahaha..tenang tenang....sebaiknya kita semua saling bekerja sama...sekiranya gak ada kasus ya gak usah dipaksakan qiqiqiq

25 November jam 23:22 Eka Huang: waduh... apiiiik tenan iki mba' Susyquw...

met ultah ya mas KJ, sukses selalu!!
sukses juga buat mba'yu kuuuu.... mwuaaah....

26 November jam 9:52 Susy Ayu: makasih my lovely sista..muah muah...apa kabar hun...?

26 November jam 9:53 Abah Yoyok: /secara subyektif aku suka./ begitu transkripsi dari comment mas KJ.
Karena tim 10 sudah dibentuk langsung oleh ybs, maka mohon dilacak : apakah secara obyektif dia masih suka juga atau seperti kata mas Jim B.A... jangan2 ada Udang dibalik rempeyek he he he...
nice bangets puisinya sebgai kado ultah buat mas KJ.

26 November jam 10:06 Susy Ayu: hahaha...Abaaah......peyek udang..peyek udang....suwun, Abaah....:)

26 November jam 19:21