Tampilkan postingan dengan label haiku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label haiku. Tampilkan semua postingan

09 Agustus 2016

HAIKU BUTIRAN PLUM

Kecantikannya
Seperti butiran Plum
Masuk ke hati




HAIKU DUDUK BERSILA

Duduk bersila
Batin bersikap takzim
Nafsu diremas



08 Agustus 2016

PESONA HAIKU, DARI AFORISMA HINGGA METAFORA a


Catatan Kecil Dimas Arika Mihardja*)

“Hai, salam jumpa.”

Begitu salam dan sapaku, “haiku”, kepada Anda pencinta haiku. Tahukah Anda awal tahun 2015 ada peristiwa budaya yang layak dicatat dan diberi tempat? Peristiwa budaya itu terkait lahirnya Newhaiku—sebuah grup facebook yang dimaksudkan memperkenalkan haiku versi Indonesia. Maksudnya? Ya, haiku itu tergolong sajak pendek, padu, padat milik bangsa Jepang. Dan  Newhaiku yang dilahir-hadirkan oleh Kurniawan Junaedhie (KJ) dan Esti Ismawati (EI)—sepasang mempelai sastra Indonesia yang tiada mati ide dan kreativitasnya berusaha menawarkan haiku versi Indonesia, Newhaiku.

Newhaiku, haiku baru versi Indonesia inidiakui atau tidak merupakan upaya membumikan haiku di persada nusantara sebagai satu alternatif pilihan di antara pilihan lainnya: puisi 2koma7 (dua larik tujuh kata) grup yang telah eksis lebih dulu, puisi PADMA 4444 yang dipandegani oleh Imron Tohari, puisi Persagipuisi Sonian, dan lainnya. Kelahiran dan kehadiran genre puisi-puisi ini mengundang dan mengandung kontroversial, pro dan kontra. Namun, grup-grup puisi ini tetap eksis dan diminati banyak orang. Rupanya grup-grup puisi ini selain memberikan tawaran alternatif berekspresi, juga mewadahi interaksi interpersonal di antara anggotanya. Jika grup puisi 2koma7 telah menerbitkan 4 (empat) buku: “Puisi 2koma7 Apresiasi dan Kolaborasi”, “Mendaras Cahaya”,” Nyanyian Kafilah”, dan “Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu” (semua diterbitkan oleh Bengkel Publisher tahun 2014 dan 2015), kini grup Newhaiku dengan motor Kurniawan Junaedhie dan Esti Ismawati menerbitkan buku ini: “Ayo Menulis Newhaiku: Teori, Aplikasi, dan Apresiasi”.

Hai, sahabat haiku dan pencintabuku,

Saya diminta memberikan apresiasi 100 Newhaiku karya KJ dan 100 Newhaiku karya EI. Saya menawarkan judul apresiasi ini “Pesona Haiku: Dari Aforisma hinggaMetafora”. Apresiasi puisi, meminjam istilah S. Effendi merupakan kegiatan menggauli puisi dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta puisi(2002:6). Apakah saya sanggup “menggauli” 200 haiku karya KJ dan EI? Tentu saja saya tidak sanggup, tetapi dalam “mengauli” puisi diperlukan juga teknik amandan nyaman, yakni menangkap momentum puitik, hal-hal yang estetik, dan menggelitik. Hal terakhir, “menggelitik” ini menjadi penting dalam apresiasi. Hal yang saya anggap menggelitik itu ialah pesona haiku. Hal yang memesona haiku—terlebih newhaiku dalam buku ini ialah persoalan aforisma dan metafora.

Dengan sederhana aforisma dapat diberi pengertian sebagai ungkapan puitik, estetik, berisi pemikiran menggelitik yang tampil secara kharismatik. Mungkin berupa ungkapan kearifan, kebijaksanaan, pemikiran dan lebih jauh refleksi filosofis penyair. Hampir mirip dengan aforisma, puisi pendek yang disebut newhaikuini ditandai oleh berkelelebatnya pemakaian metafora. Metafora, dan variannya seperti simile, sinekdoki, personifikasi dan ungkapan kias lainnya menjadikan puisi memiliki daya tarik memantik rangsang tanggap pembaca.

Hai pencinta haiku dan newhaiku,
Yuk sama kita baca newhaiku berikut ini. Saat membacan ewhiku, kita cermati perilaku puisi seperti larik dan pertalian maknanya, makna lugas, pengimajian, pengiasan, pelambangan, makna utuh, nada dan suasana, kemanisan bunyi dan makna ya? KJ menulis newhaikuseperti ini, yuk kita nikmati percik pesonanya :

AJAL

Dipundak kura
Kitaberingsut maju
Sampailahajal.
2015

Haiku “Ajal” dilihat dari perilakunya sungguh memesona, pelan tetapi pasti semua makhluk menuju ajalnya dan perjalanan kubur itu, ajal itu dibandingkan dengan kura-kura, sehingga newhaiku “Ajal” ini tidak membuat pembaca ngeri, melainkan dapat menikmati dan menghikmatinya berdasarkan pemahaman dan penghayatan. Makna lugas, makna kias, perlambangan, makna utuh, dan nada serta suasana puisi ini melahirkan aforisma dan metafora memesona.

KAFILAH

Tak pernah letih
Arungi hari-hari
Seperti kafilah.

2015
Newhaiku “Kafilah” lebih menonjol makna lugas dan kurang mengeksplorasi pengiasan, perlambangkan, akibatnya “pernyataannya” kurang mengekspresikan perilaku puisi yang lazimnya menggunakan ungkapan tidak langsung seperti newhaiku “Ajal”. Newhaiku “Berbatu” berikut ini menampilkan perilaku puisi yang komplit: makna lugas, makna kias, makna utuhnya menampilkan aforisma dan metafora memesona. Yuk sama kita baca:

BERBATU
Hawa dingin
Jalan berbatu
Antar aku ke rumah-Mu.
2015

Newhaiku “Berbatu” mengingatkan saya pada buku “Jalan Terjal dan Berliku Menuju-Mu”—sebuah buku puisi 2,7 yang didedikasikan kepada penyair Diani Noor Cahya yang mendharmabhaktikan hidupnya sebagai admin grup puisi 2koma7 hingga ajal memengekalkan cintanya. Jalan yang ditempuh untuk memajukan sastra, memasyarakatkan puisi, memang penuh batu dan berliku, tetapi jalan puisi itu insha Allah mengantarkannya kepada-Nya, amin. Sebuah Newhaiku KJ yang mengajak memeras air mata haru bertajuk “Ingat Ibu”.  Yuk sama menangis haru membaca puisi ini:

INGAT IBU
Menghirup sunyi
Teringat ibu
Neteslah air mata.
2015

Newhaiku “Ingat Ibu” merupakan representasi kerinduan, cinta, kasih sayang yang sacral dan tak mengenal pamrih. Ketika seseorang disergap sunyi, sendiri, lalu teringat pada ibu nun jauh di sana, maka wajarlah air mata menetes haru penuh rindu dan sendu. Rupanya, newhaiku selain memesona dengan aforismanya, rima dan iramanya, juga dapat tampil dengan kelugasannya seperti “Belajar pada Laut” berikut:

BELAJAR PADA LAUT

Luas dan dalam
Terima baik buruk
Tetap legowo.

24.02.2015

KJ yang lugas, tidak ingin menceramahi, mendikte, otoriter dalam mendidik dengan lugas ia nyatakan “terima baik buruk/ Tetap legowo”. Makna belajar pada laut ialah terkait dengan luas dan dalamnya. Keluasan wawasan dan kedalaman penghayatan keilmuan hingga pada akhirnya dapat menerima baik dan buruk secaralegowo. Pada “Pagi Berbinar” KJ mengajak kita memasuki khasanah ambiguitas dengan diksi yang segar dengan mengeksplorasi rima “ar”.  Yuk kita nikmati bersama:

PAGI BERBINAR

Pagiberbinar
Hati tergetar-getar
Merasa nanar.

23.02.2015

Newhaiku yang lebih mengekplorasi suasana hati tampil melalui “Bulan Sabit”. Suasana hati itu mwnjadi karakteristik haiku seperti juga hadirnya lanskap alam. Ayo sama kita nikmati:

BULAN SABIT2

Bulanyang sabit
Bikin hati merindu
Saat sendiri.

2015

BULAN SABIT3
Rembulan sabit
Kobarkan rasa rindu.
Nyala di mimpi

2015

BULAN SABIT4
Dibening kolam
Kita, dan bulan sabit
Pantulkan rasa damai.

2015

Filosofi“Dimana Bumi Dipijak Di sana Langit Dijunjung” meronai newhaiku KJ berikut ini. Cermati metafora dan aforisma yang memesona:

JALAN 

Sudahmenghilang
Bersama angin lalu
Jalan berpintu.

2015

KERING 

Sudah terlanjur
Lewati persimpangan
Kering air mata.

2015

TAK SAMAR

Cinta yang kekal
Slalu berpendar-pendar
Tak pernah samar.

23.02.2015

MUSNAH
Kubilas kata
Rindu kusaring
Keraguan pun musnah.

20.02.2015

BERANI

Menatap langit
Cintai bumi
Hidup harus berani.

20.02.2015

Newhaiku yang ditulis KJ rata-rata memesona oleh adanya aforisma dan metafora. Masuknya aforisma dan metafora pada newhaiku merupakan upaya kreatif memberikan sentuhan estetis dan filosofis dalam perkembangan seni puisi haiku. Itulah sebabnya lalu disebut newhaiku. Haiku yang diberi ruh dan sentuhan baru. Bagaimana kreasi  EI terkait newhaiku? Berikut ini saya turunkan beberapa karyanya.

Newhaiku Esti Ismawati yang istimewa dapat kita baca, di antaranya:

BERSEMBUNYI

di ufuk barat
cahaya gelap pekat
bulan sembunyi

28-02-15

Pada “Bersembunyi” EI mengeksplorasi menanisan bunyi “at” dan mengeksekusi kesanperasaannya pada larik terakhir “bulan tersembunyi”. “Di ufuk barat/ cahaya gelap pekat” Ini selain memiliki makna lugas juga bermakna kias “Negara-negara Barat” mengalami kegelapan syariat. Sebagai wanita penyair, akademisi yang telah bergelar hajah, ia menyampaikan “Pesan” secara halus, tersamar, dan elegan: “tolong sampaikan/ pada bunga flamboyant/ jangan jatuh”. Saat seseorang mendapat kedudukan, posisi, peran elegan, diberi pesan “jangan jatuh”.

PESAN
tolong sampaikan
pada bunga flamboyan
jangan terjatuh
28-02-15

Pada puisi “Doa” EI mengorbankan bahasa demi tercukupinya jumlah suku kata haiku yang berpola 5-7-5, akibatnya kata “selamat” ditulisnya dengan sengaja “slamat” sebagai bentuk licentia poetica—kebebasan penyair menggunakan bahasanya secara sadar. Saya selaku pembaca benar-benar dapat menangkap keindahan cinta pada puisi “Indah” berikut:

INDAH 

menyelam aku
ke dalam palung hati
indah cintamu

28-02-15

Pada “Singa Tua” saya teringat KJ. Newhaiku EI ini sepertinya didedikasikan pada KJ yang dimetaforakan sebagai singa tua yang tak kenal lelah, mengaum dalam sunyi, torehkan karya.

SINGA TUA
tak kenal lelah
mengaum dalam sunyi
torehkan karya....

28-02-15

Membaca newhaiku karya EI terasa “Damai” sebab ditulis secara “Ikhlas”. Sama kita simak kedamaian dan keikhlasan itu.

DAMAI
hati tenteram
pikiran sejuk tenang
alam tafakur

Klaten,20-02-15

IKHLAS
di unggun malam
sepotong senyum
hangatkan jiwa raga

Klaten,20-02-15

Hal yang menarik, seperti dilakukan oleh penyair sebelumnya seperti Sapardi Djoko Damono, Darmanto Jatman, Linus Suryadi AG, EI memaswukkan dunia pewayangandalam newhaiku. Di “Kurusetra” seperti Mahabarata—merupakan medan laga antara kebenaran, kejujuran, kebaikan, dan keserahanan, ambisi, nafsu berkuasa. Ungkapan right or wrong my country, menjadi terkenal dari mulut “Radeen Kumbukarno”—seorng raksanaa berjiwa kesatria yang gigih bela Negara. Kita diperkenalkan dengan“Raden Puntadewa” raja Amarta yang dikenal berdarah putih,  jujur, dan tidak mau berbohong.

KURUSETRA

di medan laga
hitam putih berperang
demi martabat

Klaten,20-02-15

RADEN KUMBAKARNO
semboyan hidup
'baik buruk negriku'
kan ku bela
Klaten,20-02-15

RADEN PUNTADEWA

tubuhnya putih
hati dan pikir bersih
langkahpun lurus

Klaten,20-02-15

Membaca newhaiku karya KJ dan EI ada beberapa catatan kecil sebagai berikut. Pertama, Makna lugas dipakai oleh KJ dan EI dalam newhaiku. Makna lugas inilah yang pertama-tamaa dipahami oleh pembaca. Pembaca harus memahami makna lugas ini untuk memahami makna utuh newhaiku. Kedua, penggunaan kata kongkret dan khas serta penataan kata-kata itu dalam tiga larik newhaiku sedemikian rupa sehingga menggugah timbulnya imaji disebut pengimajian atau pencitraan. Ketiga, pengiasan dalam newhaiku merupakan penggunaan kata atau ungkapan dalam sajak sedemikian rupa sehingga timbul makna kias yang dapat memperkongkret, memperlengkap, mempercermaat, dan memperkhas imaji sesuatu yang diungkapkan dalam sajak, yang hasilnya berupa aforisma atau metafora yang memesona. Keempat, oleh karena newhaiku tergolong puisi pendek, padu, padat, maka diperlukan perlambangan. Perlambangan adalah penggunaan kata atau ungkapan dalam sajak sedemikian rupa sehingga timbul makna lambang yang dapat  memperkongkret, memperlengkap, mempercermat, dan memperkhas imaji sesustu yang diungkapkan dalam sajak. Kelima, makna utuhnewhaiku dapat dipahami, dihayati dan diapresiasi apabila makna tersurat dan tersirat memiliki hubungan yang terjelma karena adanya  hubungan saling menentukan antarapengimajian, pengiasan, dan pelambangan.

Hai sobat newhaiku,
Makna keseluruhan sebuah sajak pada hakikatnya adalah sebuah pengalaman penyair, pengalaman indria maupun pengalaman nalar, yang diungkapkan dengan bahasa yang khas (dengan pengimajian, pengiasan, pelambanan) sehingga pengalaman itu hadirutuh-menyeluruh pada sajak yang dapat ditangkap oleh pembaca sebagai sesuatu yang kongkret, padat, dan khas serta sugestif atau menggugah nalar dan batin pembaca. Keseimbangan antara perasaan nikmat dan perenungan perlu tetap terpelihara ketika kita membaca dan berusaha memahami makna utuh sebuah newhaiku.

Sampai di sini, Anda telah secara aktif dan intensif berusaha menyelami dan mengapresiasi newhaiku karya KJ dan EI untuk memahami makna lugas, kias, lambang, sesuai dengan perilaku penampilan newhaiku. Newhaiku dengan nada yang tersurat dan terang-terangan mengajari biasanya tidak bias meyakinkan bahwa ajarannya itu benar. Newhaiku dengan nada tersirat dan tidak mengajari pembaca dapat meyakinkan kita selaku pembaca. Kita selaku pembaca tahu, pelambangan atau pengiasan yang tidak tepat dapat mengaburkan makna utuh newhaiku, dan dapat menghilangkan kemaampuan nada dan suasana newhaiku mengugah hati pembaca. Pengiasan atau pelambangan yang tepat dapat mengungkapkan makna yang jelas dan menjelmakan nada serta suasana  newhaiku yang menggugah hati pembaca serta memesonanya. Terakhir, penggunaan kata-kata abstrak dan muluk dalam newhaiku dapat menggagahkan nada dan suasana. Kegagahan biasanya tidak meyakinkan pembaca, tidak menggugah atau memikat. Sebaliknya, pengunaan kata-kata sederhana dan kongkret dalam newhaiku dapat mewajarkan nada dan suasana. Kewajaran biasanya meyakinkan pembaca, mengugah dan memikat. Newhaiku—seperti haiku asli Jepang sangat menonjolkan nada dan suasana.

Salam Budaya

Dimas Arika Mihardja




Penyair, akademisi, pencinta budaya

SURAT TERBUKA BUAT PENYAIR KURNIAWAN JUNAEDHIE

MENGAPA PUISI HAIKU PANTAS DIKAGUMI? 

Kurniawan Junaedhie menggagas Newhaiku. Saya suka, baru pada taraf menyimak, dan terus terang belum mampu membuatnya. Merasa belum mampu, karena saya duga pada hakikatnya membuat haikuitu tidaklah mudah, sangat tidak mudah, seperti Jun di awal-awal mengungkapkannya. 

Oleh karena berbeda dengan puisi, tempat kita mencurahkan rasio dan emosi sekaligus, pada haiku, kalau saya tidak keliru menangkap, lebih pada keprigelan menata emosi yang ingin tercurah.

Bagaimana terampil kita hanya dengan frame yang kecil sempit dan terbatas, dengan cara yang tertentu pula, kita diminta mampu menuangkan spektrum emosi menjadi satu kesatuan cahaya yang indah. Tentu emosi yang bukan sembarang emosi. Hanya spektrum emosi yang bernas, yang dalam beberapa suku kata sanggup membangun sebuah kesatuan ungkapan hati. 

Sepintas kita melihatnya sederhana, dan mudah. Namun setelah saya coba hayati, kenyataannya kita berhadapan dengan sesuatu yang ternyata sangatlah tidak mudah.

Untuk mulai menulis haiku, saya masih khawatir terjebak dengan yang kelihatannya sederhana, seolah gampang, sehingga nantinya hanya melahirkan sekadar wujudnya haiku belaka.  Kalau saja kita melakukannya secara amat spontan, seakan sekadar memenggal-menggal kalimat, lalu menyusunnya dalam wadah bersosok haiku semata.

Kalau menulis haiku hanya sespontan itu, dan sambil lalu belaka, kita wajib khawatir, yang akan lahir sekadar sosoknya saja haiku, tanpa menghadirkan ruhnya. Dugaan saya. Sosok yang sebagai lompatan pikiran (flight of idea) belaka, sebagai potongan dan penggalan kalimat yang disambung-sambung belaka. Bukankah sejatinya haiku tidak seperti itu kan, Jun?

Sekiranya masih hendak mengacu pada konsep bahwa hakikat haiku itu bongkahan-bongkahan rasa, seyogianya ia dibangun dari percikan-percikan rasa yang saling berkelindan, dan untuk itu butuh perenungan yang dalam, dan perlu waktu tidak sebentar. 

Hanya mereka yang sudah terlatih intens menyelami, dalam sekelebat bisa muncul, lalu berhasil menangkapnya. Saya hapal betul, Jun punya bakat terampil dan jeli menangkap apa-apa yang berkelebat itu. Namun tidak bagi yang pemula seperti saya.

Bagaimana melatih diri menangkap percikan dengan warna-warni spektrum rasa yang berbeda-beda, pada suatu moment, untuk membentuk seberkas cahaya yang indah, itulah saya kira kiatnya. 

Bukan hanya jalinan satu dua warna rasa, dan melahirkan seberkas hanya satu warna, saya kira. Haiku yang indah lahir dari beraneka ragam spektrum warna rasa untuk menyusun seberkas cahaya perasaan yang kemilau. 

Untuk itulah butuh kemampuan menangkap segala lompatan rasa, dan bukan lompatan pikiran.
Mudah-mudahan saya tidak keliru menafsirkan. ***

Handrawan Nadesul adalah sastrawan dan lama mengabdi sebagai dokter. Tinggal di Jakarta.

HAIKU BUAH PLUM


Kecantikannya
Seperti butiran plum
Masuk ke hati.


07 Agustus 2016

06 Agustus 2016

HAIKU KULIT MANGGIS

Kecantikannya
Seperti buah manggis
Pahit kulitnya.




HAIKU KICAUAN BURUNG

Kicauan burung
Terdengar amat nyaring
Di pagi hari.



05 Agustus 2016

HAIKU DI GUNUNG TINGGI


Di gunung tinggi
Pencarian musafir
Sampai ke titik.



06 Juli 2016

HAIKU SIANG MENYENGAT


Siang menyengat
Mobil jalan bergegas
Seperti siput



02 Juli 2016

HAIKU BURUNG BERNYA NYI

Burung bernyanyi
Sungai mengalir lamban
Mobil kupacu


HAIKU HUJAN MENDERAS

Hujan menderas
Dahan tua menggigil
Bertunas baru




HAIKU DI ARAH TIMUR

Di arah Timur
Surya selalu terbit
Tak ingkar janji



24 Juni 2016

HAIKU MENGHALAU LALAT

Menghalau lalat
Di dekat  panci sayur
Saat berbuka




01 Juli 2015

KE DOKTER GIGI

Mulut menganga
Dokter gigi bekerja
Teringat kamu.

Aku memekik
Dokter gigi bekerja
Salah ukuran




TERANG BULAN

Terang bulan
Kulihat wajah mengapung
Di cangkir tehku.

Setelah teh habis
Kami pun bercinta.
Saksinya bulan.

Terang bulan
Aspal jalan berkilat

Mengayuh sepeda.

Di bawah bulan
Harumnya teh Kamomil
Buatku lena.

Kencan pertama
Kami hanya membahas
Tentang rembulan

Malam Liburan. 
Di atas bulan
Tidak ada kuburan.


Bulan purnama.
Suara langkah kaki
Teringat Hitchcock.