Tampilkan postingan dengan label Tina K. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tina K. Tampilkan semua postingan

08 Mei 2009

PEMANDANGAN DINIHARI

Sajak Kurniawan Junaedhie
Untuk Tina K

Jam tujuh petang di Jakarta.
Jam 5 subuh di Michigan.
Halo.

Aku mendengar kamu kesepian
Aku mendengar kamu terisak
Di sini aku sedang menulis sajak
Menuliskan perpisahan dan penyesalan

Jam tujuh petang di Jakarta.
Jam 5 subuh di Michigan.
Halo.
Telepon itu tergetelak
Di samping sajak.

1995

(Dimuat dalam buku ANTOLOGI PUISI SERAYU, 1995, bersama 55 penyair Indonesia lainnya)

16 Februari 2009

Penulis Cerpen dan Pengasuh Anita Cemerlang Reuni

Emji Alif, Yanie Wuryandari, Kurniawan Junaedhie (koleksi foto hapus tanda), Adhie M Massardi (koleksi foto) Foto: Dewi Yanthi


JAKARTA, KAMIS-Majalah remaja Anita dan kemudian menjadi Anita Cemerlang, majalah fiksi dua mingguan satu-satunya dan terkemuka di era 80-an, sejak terbit Januari 1979 hingga tutup tahun 2002, banyak melahirkan penulis-penulis cerita pendek dan novel andal di Tanah Air.

Karena antar penulis dan penulis dengan redaksi jarang bertemu muka waktu itu, kecuali kenal nama, tanggal 15 Februari mendatang digelar acara reuni dan temu kangen yang melibatkan para pengarang dan pengasuh/pengelola majalah kumpulan cerita pendek Anita.

Panitia Persiapan Reuni Kurnia Effendi mengatakan reuni ini tidak hanya melibatkan mantan pengarang dan mantan pengasuh atau redaktur semata, melainkan juga jajaran staf pendukung, ilustrator, bahkan mereka-mereka yang mengurusi ekspedisi majalah tersebut .

"Namun para penggemar atau fans Anita belum diikutsertakan dalam kesempatan reuni kali ini , mengingat terbatasnya tempat dan waktu yang tersedia," kata Kurnia Effendi, Kamis (12/2).

Dikatakan, pada acara reuni yang digelar di resto Sizzler American Grills, Tosari-Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat itu, sedikitnya akan dihadiri 80 orang. Acara reuni berlangsung dari menjelang siang hingga hampir senja ini, diisi dengan ramah-tamah para peserta yang sudah lama tak berjumpa, bahkan banyak yang hanya saling kenal nama tanpa pernah berjumpa secara fisik.

Juga akan ada nostalgia dari para pengarang dan pengasuh Anita, serta penjajakan untuk melakukan berbagai kegiatan nyata, mulai dari penerbitan, sampai pelatihan kepenulisan.

Secara terpisah, Dewan Penasihat Ikatan Mantan Pengarang Anita, Arya Gunawan, mengatakan, Anita adalah nama yang sangat akrab di telinga sebagian remaja dan anak muda Indonesia di era 80-an. Sejak pertama terbit pada Januari 1979, majalah berisi kumpulan cerpen remaja yang terbit sekali dalam dua minggu ini langsung memikat hati para pembacanya.

Terutama karena pada masa itu belum ada majalah yang hanya memuat karya berupa cerpen. Biasanya, cerpen hanya muncul satu atau dua judul dalam satu penerbitan remaja.

Pada awal terbitnya, majalah ini dikomandani antara lain oleh Kurniawan Junaedhie dan Yanie Wuryandari, lalu masuk pula Adhie Massardi yang sempat dikenal sebagai juru bicara Abdurrahman Wahid, dan belakangan banyak terlibat dengan Rizal Ramli.

Tak lama setelah itu, datanglah Adek Alwi, yang kemudian menjadi pengasuh terlama di Anita, mencapai hampir 10 tahun. Pada masa keemasannya, Anita sempat terbit tiga kali sebulan, dengan tiras mencapai 65 ribu eksemplar setiap kali terbit.

Belakangan, Anita berubah nama menjadi Anita Cemerlang, dengan isi yang lebih beragam (tidak semata-mata karya fiksi cerpen ataupun cerita bersambung).

Setelah mengalami masa puncak selama beberapa tahun, pamor majalah ini mulai menyurut, disebabkan sejumlah faktor di antaranya persaingan dengan media lain yang kian ketat. Majalah ini kemudian menjalani masa purna tugas pada tahun 2002.

Anita dianggap memiliki peran cukup penting dalam dunia kepenulisan di Indonesia, terutama dalam fungsinya sebagai tempat persemaian benih dan bibit baru para penulis, yang beberapa di antaranya kelak menjadi para penulis yang cukup diperhitungkan, baik di bidang fiksi maupun di ranah jurnalistik.

Nama-nama seperti Gustf Sakai, Agus Noor, Sujiwo Tejo, Leila Chudori untuk menyebut sekadar beberapa contoh pernah menyumbangkan karyanya ke Anita. Nama-nama pengarang lain yang sempat menjadi idola pembaca pada masanya antara lain Emji Alif, Niken Pratiwi, Nestor Roci Tambunan, Kurnia Effendi, Karyani Rukman, Tina K, Tika Wisnu, Agnes Majestica, dan Adek Alwi.

Yurnaldi / Kompas Kamis, 12 Februari 2009 16:11 WIB

22 Januari 2009

Undangan Temu Kangen Anita Cemerlang

Semalam, atau persisnya petang kemarin ada hal yang saya lupa tulis. Yaitu, masuknya sebuah SMS dari seseorang yang namanya tidak ada dalam database HP saya. "Mas KJ, aku mau bikin temu kangen pengarang dan redaksi anita, 15 feb. Bgm pendapatmu, mas?" Berhubung saya penasaran, saya langsung reply: "Siapa nih?". Beberapa menit kemudian masuk jawaban: "Kurnia Effendi". Kurnia adalah pengarang cerpen dan penulis puisi yang sangat setia pada dunianya. Kurnia bukan orang asing bagi saya. Bahkan dia dan Arya Gunawan, pernah di suatu masa menginap di rumah kami di Ciputat. Saya jadi tersipu: "Maaf, HP saya baru, jadi database hilang semua. Hehehe"

Baru setelah itu saya protes, kenapa selalu acaranya dibuat dekat-dekat Valentine's Day? Seingat saya, dia pernah mengundang saya untuk sebuah acara, juga pas di Hari Valentin. Akibatnya saya tidak bisa datang. Padahal dia mengundang saya ke acara itu jauh-jauh hari; karena saya ingat, saya terima kabar itu pas lagi liburan akhir tahun di Bandung atau di Bali (?).

Hari Valentine memang selalu menjadi hari istimewa buat saya. Bukan karena urusan cinta tapi karena pada hari itu saya harus bantu istri untuk menyiapkan order2 Valentine. Ini sudah kayak acara tahunan. Pada saat itu, biasanya rumah saya siaga 24 jam, penuh orang, penuh bunga, sibuk luar biasa. Bahkan semua karyawan saya di kebun pun, saya tarik semua untuk membantu. Maklum. Ada ratusan bahkan ribuan rangkaian bunga pesanan orang sedunia yang harus kami kirim pada hari yang sama. Kalau telat saja kirimnya, wah leher taruhannya.

Menurut Kurnia, pilihan tanggal itu kebetulan saja. "Kami memilih Minggu biar yang kerja n luar kota bisa datang," katanya. Lalu, "Datanglah barang sebentar...." Acara akan dibin di Sizzler, Dukuh Atas, Sudirman dekat HI jam 11 pagi -3 sore.

Ya sudah. Saya bilang, saya memang belakangan kangen pengen ketemuan dengan komunitas seniman/ sastrawan. Butuh suasana baru, sedikitnya kembali ke habitat lama. Mudah2an, kalau tak ada aral, saya pasti datang.

Yang jelas, di kepala langsung saja terbayang bakal ketemu sohib2 lama Adek Alwi, Yani Wuryandari, Emji Alif, Yogi TR, Yani Pranowo,. Tika Wisnu, Tina K.....

Saya tanya: "Tuti Nonka, Yulie Ikayanti diundang?"
Lalu Kurnia tanya: "Punya nomor telpon Adhie Massardi?"

Adhie Massardi adalah pengarang seangkatan kami, yang belakangan namanya sohor sebagai jubir Indonesia Bangkit Rizal Ramli, dan sebelumnya sohor sebagai mantan Jubir Presiden Gusdur.

Saya kontak Mas Didin Abidin, penulis buku Rizal Ramli. Nomor didapat, saya langsung forward ke Kurnia.

Seru deh.

Bersamaan dengan itu datang SMS datang dari nomor yang juga tak saya kenal, isinya sama, undangan Reuni Anita, cuma gayanya lebih formal. Bahkan di situ disebutkan tarip hidangannya: "Buffet Launch 65rb/ orang. Mohon tidak bawa pasangan/ keluarga. Untuk penulis bernostalgia, bawalah copy 1 cerpenmu di Anita yang masih dimiliki."

Ternyata itu dari Yanthi Razalie. Siapa dia? Saya tidak mengenal nama itu. Kata Kurnia, dia adalah pengarang Anita angkatan Sanie B Kuncoro atau Satrio Arismunandar. Dia lagi mendata alumni Anita. Sudah sekitar 140 nama, tapi baru 60-an nama yang ada kontaknya, begitu kata Kurnia. Yanthie memang minta saya menyerahkan data, nama, alamat, nomor telpon, email dlsb karena akan dibuat mailing-list Anita Cemerlang. Mumpung saya lagi banyak waktu, maka semua saya bayar kontan: saya jawab saat itu juga.

Sulit membayangkan, di reunian yang tampaknya bakal disambi dengan makan steak itu, kita sudah tidak akan bertemu dengan Mbak Astuti Wulandari (adik Yanie Wuryandari, yang pernah jadi Redpel Anita di masa awal terbitnya), Lazuardi Adi Sage (yang pernah saya minta cerpennya di awal nomor2 perdana Anita), Mas Harry Suwandito (kakak Bens Leo, yang ikut sibuk dlm proses pendirian majalah Anita di awal terbitnya), dan tentu Pak Risman Hafil, sang bos/ pendiri. Mereka sudah membuat acara reunian terlebih dulu di alam baka.***

20 Desember 2007

R. Risman Hafil:Tokoh di balik Anita Cemerlang

Nama R. Rismal Hafil mungkin tidak dikenal banyak orang. Ia bukan selebritis, dan bukan sastrawan. Dia adalah seorang wartawan, pemilik sejumlah majalah terkenal di zamannya, tapi anehnya dia tak terlalu dikenal di kalangan wartawan, atau oleh para pengarang yang dibesarkan oleh majalahnya.

Nama majalah yang diterbitkannya adalah Anita Cemerlang. Majalah itu sangat terkenal di tahun 1980-an, sebagai majalah yang isinya melulu cerita pendek. Kalau pengamatan saya tidak keliru, sudah banyak pengarang muda yang sekarang tumbuh jadi sastrawan lahir dari sana, baik karena cerpennya dimuat atau terpilih sebagai juara lomba penulisannya. Sebutlah antara lain nama2, Donatus, Nia Sutiara, Nurul Inayah, Nurhayati Pujiastuti, Arya Gunawan, Gus Tf Sakai, Herlina Mustikasari, Lan Fang, Kurnia Effendi, Tina K dll.

Iseng2 saya mencari rekam jejak tokoh kita ini lewat mesin pencari Google. Hasilnya, cuma memperoleh sebuah link, yang iitu pun muncul karena namanya tersangkut dalam biodata saya. Boro-boro, mencari fotonya di Goggle Image. Saya cuma dikasih pesan: Your search - risman hafil - did not match any documents. Sebaliknya, ketika saya mencari di Goggle dengan menulis Anita Cemerlang, hasilnya luar biasa. Banyak orang menyebut-nyebut nama majalah ini, baik suka maupun tidak suka.

Coba simak blog berikut yang saya comot dari blooger bernama Sitha, yang saya kutip dari
http://sithaspirits.multiply.com/journal/item/3:

Ada nggak yang masih inget, kalau dulu banget tahun 87an, ada majalah kusus CERPEN, yang namanya 'ANITA CEMERLANG'? Itu majalah isi cerpennya bagus-bagus banget. Ceritanya pilihan semuanya. Nama tokoh suka aneh-aneh. Contoh nih, Han, Sam, Dan,.. Tahun 1989, saya dan keluarga pindah ke lain kota. Sayangnya, koleksi Anita Cemerlangku tidak ter file hingga sama sekali nggak kebawa. Maklum aja, pindahnya dari Merauke-Irian Jaya ke Solo. Cover dan ilustrasinya adalah lukisan, bukan foto. Artistik ... Kadang muncul wajah artis terkenal waktu itu seperti Paramitha Rusadi, atau Nurul Arifin. Namun tetap dalam bentuk lukisan cat air, bukan foto. Saya nggak bisa bayangin, berapa kecepatan ilustratornya untuk membuat lukisan itu tiap minggunya. Hebat! Kalau anda lahir di tahun 70-up, setidaknya inget dengan majalah tersebut. Sayang, entah kenapa, majalah itu nggak muncul lagi.

Seorang blogger, Uneng Imas Rusyani, menulis di blognya sbb:

Kebetulan sejak dulu aku langganan Majalah Anita Cemerlang, majalah yang berisi kumpulan cerpen remaja. Pada tahun 1991 aku ikut lomba di majalah tersebut dan mendapat juara harapan 1. Bahagia dan bangga tentu saja.

Sejak saat itu, aku mulai aktif menulis. Karya-karyaku semuanya terbit di majalah tersebut. Tapi karena banyak kesibukan dan menikah aku jadi tidak aktif lagi menulis. Terutama sejak majalah Anita bubar.


Tapi ada juga yang memaki-maki. Penulisnya, Jonru, penulis cerpen, dan mengaku sebagai "Koresponden majalah Anita Cemerlang untuk wilayah Semarang dan sekitarnya" dan saya kutip dari blognya, http://jonru.multiply.com/journal/item/107:

Tahun 1996 (kalau tidak salah), saya mengirim sebuah cerpen ke Anita Cemerlang. Judulnya "Momen Maaf". Bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Rani yang sangat baik budi, dikagumi oleh teman-temannya, tipe manusia teladan, pokoknya pribadinya sempurna seperti malaikat.

Cerpen ini dimuat di Anita Cemerlang beberapa bulan kemudian, judulnya mereka ganti menjadi "Rani dan Permintaannya." Bag saya itu tidak masalah. Yang membuat saya hampir pingsan adalah: Redaksi Anita mengubah kalimat di atas menjadi, "Ketika SMP, aku pernah diperkosa."

Saya diam seperti orang bisu, benar-benar tak percaya dengan apa yang saya baca. Emosi saya langsung mengalir ke ubun-ubun.

Ya, prinsip editing kedua berbunyi, "Redaksi/editor berhak mengedit naskah penulis tanpa mengubah isinya." TAPI MEREKA TELAH MENGUBAH ISI CERPEN SAYA!!!!!! Kalimat di atas adalah kunci dari seluruh isi cerpen saya. Jika kunci itu diubah, maka isi cerpen pun berubah, bahkan ceritanya menjadi sangat konyol dan memalukan.


Saya langsung protes ketika itu. Saya mengirim surat ke redaksi Anita, berharap mereka mau memuatnya sebagai revisi terhadap kesalahan editing pada cerpen tersebut. Saya juga sempat menelepon mereka, dan ngobrol dengan Bens Leo kalau tidak salah. Dari cara dia bicara, saya tahu bahwa dia pun sadar bahwa kesalahan terletak pada redaktur. Tapi sayangnya, Anita tak pernah memuat surat saya itu.

Coba simak. Sejauh itu, nama Risman tidak disebut-sebut orang.

Saya yakin selain nama Bens Leo, nama Adek Alwi, sang redaktur lebih banyak disebut kalau orang membicarakan majalah ini. Tidak salah. Adek adalah seorang penulis cerpen yang dari sononya sudah dikenal. Ia juga orang yang ulet di luar kegiatannya menjadi penjaga gawang di Anita. Di rumah kontrakannya di Ciawi, Bogor, kala itu, ia sangat rajin menerbitkan buletin fotokopian Himpunan Pecinta Cerpen dan Puisi (HPCP) yang dibagikan gratis kepada mereka yang ingin belajar mengarang cerpen.

Bersama pengarang cerpen Yulius Yusijaya kebetulan saya termasuk yang diajak gabung memperkuat dewan redaksinya. Jadi kami suka kumpul di Ciawi. Membahas surat-surat yang masuk, atau kalau ada halaman kosong, saya ikut menulis satu dua buah artikel. Yang asyik, adalah melihat-lihat foto-foto yang masuk (Adek mensyaratkan penanya harus menyertakan foto diri 3 x 4 cm), yang entah kenapa, banyak ceweknya. Pokoknya, rapat di situ intens karena bang Adek begitu semangat. Saya tentu ikut intens, sampai-sampai sepatu baru saya pernah hilang di teras kontrakannya gara2 saya masuk copot kaki.

Tapi Risman Hafil? Siapa dia?

Risman adalah pemimpin redaksi di majalah tempat saya dulu bekerja, Majalah Keluarga Dewi. Orangnya kaku. Jarang tersenyum. Kalau pun tersenyum, tampaknya dipaksakan. Agak angkuh dan acuh. (Tapi teman lain mengatakan, dia pemalu. Mungkin kombinasi dari dua tabiat itu.) Meski duduk sebagai Pemred, dia waktu itu, masih bekerja di Lemigas. Jadi,m kalau siang atau sore dia baru datang ke kantor.

Dengan redaksi, dia jarang bertemu. Apalagi memberi pengaragan sebagaimana layaknya Pemred.

Entah kenapa, dia cepet dekat dengan saya. Misalnya, dia suka mengajak saya ke rumahnya, atau dia mampir ke rumah kontrakan saya di Cipulir, Kebayoran Lama. Teman-teman ngiri. Kok Pak Risman yang angkuh dan sombongnya nggak ketulungan itu, bisa deket dengan saya?

Rupanya, ada udang di balik batu. Ada maunya. Dia rupanya ingin mengajak saya membuat majalah kumpulan cerita pendek (penerbitan tanpa surat izin penerbitan atau SIUPP) karena dia melihat saya waktu itu dikenal sebagai penulis cerpen. "Kalau Pak Risman oke, saya bisa kumpulin cerpen dalam waktu singkat. Saya punya banyak kenalan pengarang," kata saya.

Waktu itu pengarang2 andalan yang saya kenal baik antara lain: Mujimanto alias Niken Pratiwi, Tegus Esha, Yudhis, Eddy D Iskandar, Yanie Wuryandari, Astuti Wulandari dll. Jadi, siapa takut?

Pak Risman rupanya jadi semangat.

Kalau ketemu di kantor, dia cerita, lagi memikirkan nama majalah tersebut, sehingga katanya beberapa malam tidak bisa tidur. Akhirnya ketemu nama Anita. Kalau jujur, itu adalah nama contekan dari nama majalah bahasa Belanda, Anita, yang menjadi referensi untuk majalah yang akan diterbitkan. Saya akur2 saja.

Beberapa hari kemudian, di jam kantor, dia ngajak saya ke kantor notaris, dan membuat akta pendirian majalah tersebut. Kalau tidak salah, Yanie Wuryandari ikut.

BERSAMBUNG

19 Desember 2007

KAU PUN MENGHILANG KE BALIK AWAN

Sajak Kurniawan Junaedhie

untuk: Tina K

Pesawat terus melayang
menuju langit biru, melintasi awan,
menuju sebuah benua, menuju Michigan
Sampai suatu hari nanti:
seseorang membawamu pulang
dengan mata penuh kemenangan

Dengan siapa sekarang aku bicara?
Dengan hujan?
Dengan pepohonan yang buahnya bergelantungan?
Dengan kata-kataku sendiri?

Tentang Michigan, aku tahu apa?
Tapi tentang hatimu?
Sebagian pernah jadi milikku

Tidak. Aku tak boleh menangis
Aku adalah pilar besi
aku harus tetap berdiri
meski ada yang tiba-tiba hilang,
seperti penyanyi kehilangan gitar
seperti penyair kehilangan kata

Dan pesawat pun terus membumbung
menendang-nendang gugusan awan,
menyeberangi selat dan benua,
menuju Michigan:
merenggut sebelah jantungku

1995

Dimuat di Harian Suara Pembaruan