Tampilkan postingan dengan label Antologi Dari Negeri Poci. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antologi Dari Negeri Poci. Tampilkan semua postingan

25 Desember 2014

NEGERI POCI 6: NEGERI LAUT

NEGERI POCI 6: NEGERI LAUT
Jadilah bagian dari penyair!


Komunitas Negeri Poci/ Radja Ketjil mengundang para Penyair—termasuk alumnus penyair Dari Negeri Poci—di seluruh Nusantara, untuk ikut bergabung dalam sebuah antologi puisi Dari Negeri Poci 6 yang direncanakan terbit pada 15 Agustus 2015.

Dari Negeri Poci, adalah serial antologi puisi yang diterbitkan sejak tahun 1993, yang menghimpun dan memotret karya-karya puisi para penyair Indonesia mutakhir secara lintas generasi, lintas gender dan genre.

Persyaratan umum:
1. Siapa saja, segala usia, baik pria maupun perempuan, berdomisili di mana saja
2. Para penyair dipersilakan mengirim sebanyak 10 (sepuluh) puisi, beserta foto dan biodata terbaru, alamat, e-mail, dan nomor telepon untuk memudahkan komunikasi
3. Foto, biodata, alamat, no telepon/HP, email ditulis dalam lembar tersendiri/terpisah
4. Nama penyair dan 10 judul puisi ditulis dalam huruf besar
5. Cantumkan nama penyair di setiap puisi
6. Salah satu puisi bertema maritim/kelautan/bahari. Lainnya bertema bebas.
7. Panjang setiap puisi maksimal 40 baris (atau cukup dicetak 1 halaman dalam buku)
8. Puisi harus karya terbaru tahun 2014 – 2015 dan  tidak/ belum pernah dimuat dalam media sosial/massa mana pun.
9. Kesepuluh puisi ditulis dalam lembaran, tidak dipisah-pisah
10. Silakan kirim karya terbaik Anda, ke email: antologidnp6@gmail.com, mulai 1 Januari 2015  dan paling lambat sudah harus diterima pada 31 April 2015
11. Tidak diadakan surat-menyurat atau pun kontak lainnya.

Lain-lain:
1. Puisi-puisi yang masuk akan diseleksi oleh tim kurator/ editor yang ditunjuk.
2. Tidak ada pungutan apa pun bagi keikutsertaan dalam antologi ini, termasuk bagi mereka yang puisinya terpilih.
3.Mengingat penerbitan buku ini tidak untuk keperluan komersial, para penyair yang karyanya dimuat, tidak memperoleh honorarium/royalti.
4. Setiap penyair yang karyanya terpilih dan dimuat akan mendapat  1 (satu) eks. buku sebagai nomor bukti.
5. Buku puisi akan diberikan kepada setiap penyair yang hadir pada acara peluncuran buku Negeri Laut, 15 Agustus 2015 di Tegal, Jawa Tengah
6.Bagi  penyair yang tidak hadir, nomor bukti akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi Pos Indonesia atau Tiki, atau JNE dengan mengganti ongkos kirim sebanyak Rp 50.000, per buku.

Salam sastra!

Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto
Komunitas Radja Ketjil/Komunitas Negeri Poci

Panitia Penerbitan:
Prof. Hendrawan Pratikno,
Prof. Prijono Tjiptoherijanto,
d
r. Handrawan Nadesul,
Adri Darmadji Woko
Kurniawan Junaedhie


PS:
Antologi Negeri Laut (Dari Negeri 6) adalah kelanjutan dari:
-          Negeri Langit (Dari Negeri Poci 5, 153  Penyair, Ed. Adri Darmadji Woko dan  Kurniawan Junaedhie, 2014)
-          Negeri Abal-Abal (Dari Negeri Poci 4, 99 Penyair, Ed. Adri Darmadji Woko dan Kurniawan Junaedhie, 2013)
-          Dari Negeri Poci 3 (Ed. Adri Darmadji Woko, Handrawan Nadesul, dan Kurniawan Junaedhie,  49 Penyair, 1996)
-          Dari Negeri Poci 2 (Ed. F. Rahardi, 45 Penyair, 1994)
-          Dari Negeri Poci (1993, 12 Penyair)

Undangan ini terbuka untuk umum dan tidak terbatas hanya yang di-tag!



18 Mei 2009

Manila, Desember 1987

Sajak Kurniawan Junaedhie

di malacanang, seorang w anita
mengacung-acungkan tangannya
meneriakkan kata-kata yang tak pernah terucapkan.
kulihat, istana itu berkeringat

di dekat gedung-gedung mewah di Makati
kulihat sepasang laki-bini mengais sampah
sementara dekil bajunya
tercium dari sini

kenapa mereka tak berani menanam bunga?
“ada yang tak bisa kau mengerti.
kami bukan antek marcos,” mereka berkata
(dan aku hanya memotret dari gedung tinggi).

di ruang perpustakaanmu, di Jakarta
sambil menghapal diktat secara rutin, kau toh
tetap cemas membaca setiap kartupos dariku
seakan hidup di pembuangan.

dari kota yang sedih karena perang saudara
aku pun terhenyak.
hatiku didera sengketa,
rindu engkau juga

Desember, 1987

Dalam Hotel Yang Tenang

Sajak Kurniawan Junaedhie

dalam hotel yang tenang
aku tak kuasa menyepi sendiri

berbungkus mantel baru
aku pergi ke batr
minum bir
sambil melihat penari-nari bugil
tapi hatiku kalut
kepada Mu aku berlutut.
apakah di dinihari ini
Kau masih menemani?

Baguio City, 21 Desember 1987

Subic, Masih Kucium Aromamu

Sajak Kurniawan Junaedhie

pukul 1 dinihari
subic tidur kedinginan
karena letih
setelah bermain seks seharian.
seorang GI membersihkan berdil di halamanmu
dan dengan lima centavos
memesan lagu disko kesayanganmu
(“I don’t go to USA….”) dari sebuah juke box.

tapi aku pilih di sini saja
bermain bilyar
sambil merasakan kebinalanmu.

bau air mani dan
jaket kulit yang lama tak dicuci
bau bedak dan gincu merek murahan,
menyergah hidungku dari sprei dari kasur
yang lupa dijemur

pukul 3 dinihari itu,
seseorang mengajakku berdiskusi tentang penyakit kelamin
tentang rumah-rumah karton
dan tentang dolly parton.

pagi hari:
subic pun terbangun dari tidur nyenyaknya
sedang di jalanan, seorang pelacur dekil
dan seorang GI sibuk memamerkan beril

subic, masih kucium aromamu dari sini

1987

Puisi Bulan September

Sajak Kurniawan Junaedhie

dengan segelas martini
kukecup bekas ciumanmu
semalam.
inikah surat cinta?
dan tanganku menggigil

1975

16 Mei 2009

Umur

Sajak Kurniawan Junaedhie

november datang lagi. berapa usiamu ?
kerut kulit, buncit di perut
dan bayangan maut, datang silih berganti
kita memang bukan ahlinya
yang bisa memutar turbin waktu

impian datang silih berganti
rambut hitam menjelma kelabu
detik dan menit pun menjadi hari
apakah semua sudah lampau bagiku ?

november yang penuh hujan pun tertegun di pintu.
lalu di pintu itu, kudengar ketukan sopan
siapa engkau gerangan ?

serasa aneh. ada seseorang yang
mendesakku pada janji

aku pun ragu:
apakah ini bayang-bayang sendiri
yang berlagak tamu ?

aku terperanyak:
airmata mengalir seperti lautan
aku ini apa
di depan cermin Mu?

1991

Dimuat dalam buku kumpulan puisi Dari Negeri Poci, Pustaka Sastra, Jakarta, 1993

Di Rimba Jakarta

Sajak Kurniawan Junaedhie

aku bukan hamlet si peragu
aku kurniawan,
bekas penyair
yang memberontaki hidup
karena didesak 1001 keinginan duniawi

aku berada di jantung kota
di antara seliweran bus kota
gedung-gedung jangkung yang membusungkan dada
dan terseok-seok
mencari nasibku di antara asap knalpot
yang bergulung-gulung mengepungku

aku naik lift sampai ke puncak gedung
memandang ke langit jelaga
sambil minum bir
dan memungut peanuts dan cheese
sementara kulihat orang-orang marah di jalanan
karena mencari penghidupan

siapakah diriku
di mana alamatku
adakah nasibku
ada di antara orang yang lalulalang itu?
sementara tubuhku di Jakarta, rohku terus mengembara
aneh. kesunyian seperti mencekikku dari 8 penjuru

siapakah sebetulnya diriku ?

1992

Dari buku kumpulan puisi Dari Negeri Poci, Pustaka Sastra, Jakarta, 1993