Sajak Kurniawan Junaedhie
di malacanang, seorang w anita
mengacung-acungkan tangannya
meneriakkan kata-kata yang tak pernah terucapkan.
kulihat, istana itu berkeringat
di dekat gedung-gedung mewah di Makati
kulihat sepasang laki-bini mengais sampah
sementara dekil bajunya
tercium dari sini
kenapa mereka tak berani menanam bunga?
“ada yang tak bisa kau mengerti.
kami bukan antek marcos,” mereka berkata
(dan aku hanya memotret dari gedung tinggi).
di ruang perpustakaanmu, di Jakarta
sambil menghapal diktat secara rutin, kau toh
tetap cemas membaca setiap kartupos dariku
seakan hidup di pembuangan.
dari kota yang sedih karena perang saudara
aku pun terhenyak.
hatiku didera sengketa,
rindu engkau juga
Desember, 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar