Hari itu kedai kopi sibuk. Aku duduk di kedai yang sibuk itu. Kaki kuangkat ke bangku.
Seseorang menyorongkan poci berisi teh dan cangkir ke dekat asbakku. Ketika poci kuangkat, dan hendak menuang air
panas, tiba-tiba ada suara gemeratak di dalam mulut poci yang melengkung. Ajib. Kamu –yang dulu meringkuk di dalam cangkir kopiku— kini sedang meringkuk di situ. Rupanya
kamu telah dikirim oleh
buliran tanah, masuk ke dalam pociku yang lucu.
“Halo. Aku menunggumu,” bisikmu bercampur dengan dengung. Ada es krim di
tanganmu. Wah ajib. Es krim masuk ke dalam lubang teko, dan menyelinap bersama
tanganmu yang mungil. Tanah
liat, enamel, es krim dan daun teh kulihat menjilati bibirmu. Tanah liat, enamel, daun teh,
es krim, kata-kata, dan kamu kulihat saling bergesekan di landasan ceruk poci
yang liat. Tanganku seperti ditarik ke
langit. Aku tak jadi menuangkan air panas ke dalam mulut poci. Aku tak mau melelehkan es krim dalam poci,
kataku pada pemilik kedai.
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar