11 Mei 2009

Penelitian Yang Menggemparkan

PENELITIAN YANG MENGGEMPARKAN


Dear Journalist,

Sebanyak 8,5 persen responden remaja bila berpacaran tidak hanya berciuman tapi juga bersenggama. Astaga! Itu hasil angket yang dilakukan oleh seorang siswa SLTA Yogyakarta bernama Sulistyo Eko pada tahun 1982.

Berita lain: Sebanyak 12 persen siswi SMTA di Jawa Timur melakukan praktek perek, atau perempuan eksperimen. Penelitian ini dilakukan oleh oleh Badan Pembina Penanggulangan Narkotika dan Kenakalan Anak-anak dan Remaja Jawa Timur yang mengambil 466 sampel siswa-siswi dari lima kota besar Jawa Timur: Surabaya, Malang, Kediri, Jember dan Madiun. Hasilnya, 42 persen remaja yang duduk di bangku SMTA ternyata mengaku pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah,, dan 47 persen siswa-siswi pernah berciuman di tempat umum, 56 persen mencolek anggota tubuh lawan jenis, 68 persen suka menonton film biru, 33 persen menyenangi gambar porno, dan 80 persen pernah ngintip. Tak hanya itu, sebanyak 12 persen siswi SMTA itu ternyata melakukan praktek perek alias 'perempuan eksperimen', yaitu melakukan hubungan seks dengan berbagai laki-laki terutama untuk menjadi kesenangan semata. Juga terungkap, 27 persen siswa SMTA suka bermain dengan WTS dan 50 persen sering berkunjung ke panti-panti pijat.

Ada lagi: Di Jakarta, sebanyak 51,7 persen responden dari 100 siswa di 26 SMTA di Jakarta mengaku pernah melakukan hubungan seks. Separuh melakukannya dengan pacar atau teman di luar sekolah, 34 persen dengan teman/ pacar di sekolah, 10 persen dengan pacar sekelas, sisanya, 4 persen dengan pelacur/ hidung belang, dan 2 persen dengan istri/ suami orang lain. Ini hasil penelitian Majalah Editor terhadap 100 siswa-siswi di 26 SMTA di Jakarta.

Tahun 1992, ada hasil penelitian tak kalah seru: Satu di antara tiga pria di Jakarta pernah melakukan selingkuh seksual. Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Naek L Tobing atas spopnsor majalah Matra. Majalah lain, tak mau kalah: Sebagian besar wanita di Jakarta punya Pria Idaman Lain (PIL). Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Sukiat, atas sponsor majalah TIARA pada tahun 1993. Itu hanya sebagian kecil hasil penelitian yang dilakukan pada antara tahun 1980-1995 dan dipublikasikan secara luas di media massa.

Membaca temuan itu, tentu saja kami terkesiap, kaget, gemas, dan marah bukan main. Sebegitu bejatkah masyarakat kita ? Kami pun menggugat Anda dengan sejumlah pertanyaan standar, sebisa kami, karena itulah memang yang selalu kami ingat: Apakah penelitian itu valid? Apa metodologinya benar ? Apa sampelnya tidak terlalu kecil unrtuk menyimpulkan suatu masalah yang sifatnya mencakup keseluruhan masyarakat ? Apakah respondennya sahih ? Apakah temuan itu bukan hasil rekayasa sekadar untuk mendukung asumsi Anda ? Kalaupun semua itu sudah Anda lakukan dengan benar, kenapa hal itu harus Anda beritakan? Jangan-jangan penelitian itu Anda lakukan hanya sekadar untuk membuat sensasi belaka ? Apakah itu bukan sekadar kiat agar media Anda laku? Apakah hal itu tidak membuat masyarakat resah yang pada akhirnya menganggu ketertiban dan keamanan nasional ? Apakah penelitian itu tidak malah membuat moral kami merosot ? Apakah ongkos penelitian itu sudah Anda pertimbangkan untuk mengimbangi ongkos sosial akibat dampak yang dihasilkan dari laporan itu ? Apakah publikasi hasil riset di media Anda itu tidak malah melahirkan misleading (salah arah) ?

1001 pertanyaan kami yang mengandung kekesalan itu mungkin tidak sepatutnya, terutama bila yang terjadi, Anda menjadi jeri. Tapi --bukan kami karena sok puritan-- kami memang wajib mempertanyakan ulang dan menggugat Anda. Sebab adalah tetap menjadi tugas Anda untuk selalu giat melakukan penelitian-penelitian dan melaporkan temuan-temuan atas realita itu, betapa pun pahitnya, daripada Anda hanya pandai melaporkan berita-berita bagus, yang membuai kami. Hanya, selalu ingatlah, dampaknya.


Salam kompak,
Khalayak Anda