MEMBERITAKAN PENYAKIT
Dear Journalist,
Beberapa tahun lalu, Ir. Sutami, Menteri PU diberitakan pers menderita penyakit kekurangan gizi dan pemain bulutangkis Rudy Hartono Kurniawan diberitakan terkena penyakit gula. Hahaha.....bad news is good news. Betapa tidak. Seorang menteri bisa kurang gizi dan seorang olahragawan bisa menderita penyakit.
Tapi sebelum keterlanjuran sakit perut (karena gelinya) Anda mestinya berhati-hati dalam hal ini.
Masalah penyakit, adalah masalah pribadi. Pertama, orang selalu ingin disebut sehat, dan tak mau dikait-kaitkan dengan penyakit. Kedua, tak ada orangyang bangga disebut berpenyakitan. Apalagi bila jenis penyakit itu kedengarannya agak memalukan seperti alkoholik, beri-beri, eksim, bengek atau penyakit asma menahun, dan sebagainya.
Jika Anda merasa perlu menyebut, selalu pertimbangan beberapa hal ini. Apakah dengan menyebutkan nama penyakit yang diderita seseorang itu kepentingan masyarakat terlindungi ? Apakah informasi itu penting agar masyarakat menjadi lebih peka dan concern terhadap kesehatan dan kebersihan ? Apakah jika Anda tidak menyebut penyakitnya, Anda merasa justru telah mengorbankan kepentingan masyarakat ?
Kesimpulannya, Anda harus tahu kapan seharusnya menyebutkan seseorang menderita akoholik dan kapan memberitakannya sebagai 'sekadar' mengidap kerusakan liver. Jangan sampai Anda memberitakannya hanya karena ingin menunjukkan kebebasan pers di mata kami.
Salam kompak,
Khalayak Anda