Asal muasal air adalah gunung. Asal muasal api adalah kayu. Asal muasal rindu adalah dirimu. (2013)
78/
Di gunung, embun tergelincir dari daun2 yang menggigil. Adakah itu pertanda ranting patah dan engkau memanggil? (2013)
79/
Beri aku kata tentang nyata. Kalimat yang nyala. Bukan air mata tentang luka. (2013)
80/
Ada sunyi beringsut tanpa kata. Ada ciuman mendidih tanpa suara. (2013)
81/
Kita sejoli yang terpercik api (2013)
82/
Di denyut nadi, tak henti kuraba dukamu abadi. (2013)
83/
Kita meringkuk di bawah mendung. Lalu dingin memeluk. Lalu, di bawah selimut, seraya menggigil, bibirmu aku cium…. (2013)
84/
Tidak ada yang gaduh. Bahkan sunyi. (2013)
85/
Hujan pun menyodorkan payung, dan senja lalu terkepung
dalam gerimis sunyi yang rimbun. (2013)
86/
Kita sekam sunyi, siap memercik selama mereka percayai (2013)
87/
Ketika malam tiba, air
matamu memercik di telaga dengan bau ilalang, dan jejak2 kaki ikan yang mengobarkan ingatan. (2013)
Ketika aku dekap kamu, kudengar kepak malaikat melesat ke udara. Mencintai kamu ternyata luar biasa. (2013)
89/
Di depan cermin, ada yang terasa kesat, tapi senyap, seperti angin. (2013)
90/
Cinta itu mesra. Sebuah sajak merah jambu dengan dua hati yang ditetak pisau di tengahnya (2013)
91/
Kudengar lengking sunyi. Ia ada di dalam detik arloji. Bukan. Ia ada di denyut nadi. Nadimu. (2013)
92/
Ketika pintu dihempaskan, kayu tercengang. Tapi ia tidak bisa marah pada daun pintu, engsel. Ia hanya menggigit kusen, dan ngengat di jendela. (2013)
93/
Yang berikutnya, takdir. Yang kita jalani, tafsir. (2013)
94/
Menghadap gunung wajahmu dingin. Membelakangi gunung, aku tegak setia seperti sebatang lilin. (2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar