16 September 2013

Ayat-Ayat Sunyi (77-94)

77/
Asal muasal air adalah gunung. Asal muasal api adalah kayu. Asal muasal rindu adalah dirimu. (2013)

78/
Di gunung, embun tergelincir dari daun2 yang menggigil. Adakah itu pertanda ranting patah dan engkau memanggil? (2013)

79/
Beri aku kata tentang nyata. Kalimat yang nyala. Bukan air mata tentang luka. (2013)

80/
Ada sunyi beringsut tanpa kata. Ada ciuman mendidih tanpa suara. (2013)

81/
Kita sejoli yang terpercik api (2013)

82/
Di denyut nadi, tak henti  kuraba dukamu abadi. (2013)

83/
Kita meringkuk di bawah mendung. Lalu dingin memeluk. Lalu, di bawah selimut, seraya menggigil, bibirmu aku cium…. (2013)

84/
Tidak ada yang gaduh. Bahkan sunyi. (2013)

85/
Hujan pun menyodorkan payung, dan senja lalu terkepung dalam gerimis sunyi yang rimbun. (2013)

86/
Kita sekam sunyi, siap memercik selama mereka percayai (2013)

87/
Ketika malam tiba, air matamu memercik di telaga dengan bau ilalang, dan jejak2 kaki ikan yang mengobarkan ingatan. (2013)

88/
Ketika aku dekap kamu, kudengar kepak malaikat melesat ke udara. Mencintai kamu ternyata luar biasa. (2013)

89/

Di depan cermin, ada yang terasa kesat, tapi senyap, seperti angin. (2013)

90/

Cinta itu mesra. Sebuah sajak merah jambu dengan dua hati yang ditetak pisau di tengahnya (2013)

91/

Kudengar lengking sunyi.  Ia ada di dalam detik arloji.  Bukan.  Ia ada di denyut nadi. Nadimu. (2013)

92/

Ketika pintu dihempaskan, kayu tercengang. Tapi ia tidak bisa marah pada daun pintu, engsel. Ia hanya menggigit kusen, dan ngengat di jendela. (2013)

93/

Yang berikutnya, takdir. Yang kita jalani, tafsir. (2013)

94/

Menghadap gunung wajahmu dingin. Membelakangi gunung, aku tegak setia seperti sebatang lilin. (2013)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar