
Bibir di Bawah Bantal
- Untuk si pemilik bibir
Ada bibir perempuan terjatuh dari genting yang bocor. Pluk. Bibir itu terjerembab di kasur rumahku. Kelopak bibir itu basah merekah. Merah seperti delima. Kelopak itu menengadah, seperti pasrah. Pasrah kepada siapa? Sedang aku tak tahu ini bibir siapa.
Diluar, langit hijau semata karena tertutup hujan yang turun tergesa. Pemandangan kabur. Pohon-pohon tampak baur ditiup angin. Aku termangu dan bertanya-tanya, siapa kiranya si pemilik bibir. Jangan-jangan ia seorang perempuan yang sedang duduk di kedai kopi, yang geram kepada suaminya sehingga bibirnya terlempar ke udara lalu masuk ke rumahku? Atau jangan-jangan ia seorang perempuan yang sedang kesepian lalu mengerang sehingga bibirnya meloncat ke langit, dan masuk ke dalam jendela kamar tidurku? Jangan-jangan ia malah sengaja mencopot bibirnya, lalu melemparkannya ke arahku untuk mengusik tidurku? Apa salahku? Sedang aku tak tahu ini bibir siapa.
Aku termangu menatap bibir itu dari bawah bantal, sementara hujan terus turun berayun-ayun dari langit berembun.
21 Jan. 2009
-
Ada bibir perempuan terjatuh dari genting yang bocor. Pluk. Bibir itu terjerembab di kasur rumahku. Kelopak bibir itu basah merekah. Merah seperti delima. Kelopak itu menengadah, seperti pasrah. Pasrah kepada siapa? Sedang aku tak tahu ini bibir siapa.
Diluar, langit hijau semata karena tertutup hujan yang turun tergesa. Pemandangan kabur. Pohon-pohon tampak baur ditiup angin. Aku termangu dan bertanya-tanya, siapa kiranya si pemilik bibir. Jangan-jangan ia seorang perempuan yang sedang duduk di kedai kopi, yang geram kepada suaminya sehingga bibirnya terlempar ke udara lalu masuk ke rumahku? Atau jangan-jangan ia seorang perempuan yang sedang kesepian lalu mengerang sehingga bibirnya meloncat ke langit, dan masuk ke dalam jendela kamar tidurku? Jangan-jangan ia malah sengaja mencopot bibirnya, lalu melemparkannya ke arahku untuk mengusik tidurku? Apa salahku? Sedang aku tak tahu ini bibir siapa.
Aku termangu menatap bibir itu dari bawah bantal, sementara hujan terus turun berayun-ayun dari langit berembun.
21 Jan. 2009
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar