Dear Journalist,
Ada saatnya Anda dihadapkan pada suatu dilema. Setelah Anda berhasil mengorek keterangan penting secara susah payah, ternyata nara sumber Anda keberatan disebut jatidirinya. "Baiklah, saya akan jelaskan duduk soalnya. Tapi jangan kutip saya sebagai sumbernya ya." Atau, "Saya bersedia bicara, kalau Anda menjamin bahwa hal itu Anda peroleh dari sumber yang layak dipercaya." Anda kecewa? Pasti. Sebab informasi penting itu pasti akan lebih bernilai berita jika Anda bisa menyebut sumber sebenarnya.
Jadi bagaimana ?
Pura-pura setuju, tapi diam-diam menyebut nama sumber itu ? Atau, menulis berita itu sedemikian rupa, agar sumber berita Anda mudah dikenali meski samar-samar ?
Kalau kami jadi Anda, dalam keadaan seperti itu, tak syak, kami akan memilih menyetujui tawarannya dan menghormati kesepakatan itu: menyembunyikan identitas sumber Anda. Atau
menulis berita itu, dengan cara sedemikian rupa, tanpa menghubungkannya sama sekali dengan sumber tadi. Setidak-tidaknya, dengan cara itu, Anda akan beroleh kepercayaan dari
sumber berita Anda. Dan di lain waktu, tidak mustahil, Anda bisa berharap ia akan secara lebih terbuka memberikan informasi-informasi yang lebih penting kepada Anda. Tul nggak?
Salam kompak,
Khalayak Anda