MEMPERSIAPKAN PERTANYAAN
Dear Journalist,
Seorang di antara Anda --jadi bukan Anda-- pada suatu hari datang pada sejawat kami, seorang psikolog, dan mengajukan pertanyaan, "Bagaimana pandangan Anda tentang fenomena wanita bekerja?" Psikolog itu langsung mendelik. "Kenapa hal itu Anda tanyakan pada saya? Bagi saya masalah itu sudah jelas. Wanita bekerja sudah ada sejak dulu. Apa lagi?" tanyanya, membuat si reporter teman Anda itu tergagap, dan kehilangan nyali melanjutkan pertanyaan berikutnya.
Menjelangi pertarungan antara Ellyas Pical melawan penantangnya dari Korea, seorang reporter --kawan Anda juga-- datang ke rumah ibunya, dan mengajukan pertanyaan: "Bagaimana pendapat ibu tentang persaingan tinju di kelas menengah ringan? Bagaimana pendapat ibu tentang adanya isyu permainan sabun yang dilakukan WBC?" Sudah bisa ditebak, hasilnya adalah sebuah jawaban yang tidak masuk akal, buruk dan tidak bermanfaat.
Mestinya sebelum menghubungi seorang nara-sumber, dan merancang pertemuan, Anda sudah harus menanyakan pada diri sendiri: kenapa Anda harus bersusah payah menanyakan persoalan itu kepada 'orang itu, dan tidak 'orang lain' saja? Swear, kami masih sering melihat Anda datang pada narasumber, tanpa memikirkan sebelumnya tentang kompetensi si narasumber.
Wimar Witoelar adalah contoh pewawancara yang baik. Rahasianya, hanyalah bahwa ia bisa menunjukkan diri menguasai persoalan, dan tampak mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan nara-sumbernya. Ia tampak kompeten, dan sekaligus ia menghargai kompetensi yang diwawancara. Dengan cara itu, tak hanya Wimar Witoelar yang kelihatan hebat, si nara-sumber pun akan jadi kelihatan hebat. Tokoh-tokoh yang diwawancarai akan kelihatan sangat antusias, dan wawancara pun menjadi kaya nuansa dan kejutan.
Ada cerita menarik dari seorang wartawan bernama AJ Liebling. Dia mengaku, bahwa tulisan terbaiknya adalah mengenai profil tentang seorang joki bernama Eddie Arcaro. Kenapa?
Ketika mewawancarainya, pertanyaan pertama yang diajukan adalah, "Berapa banyak lubang lebih panjang yang Anda jaga tetap ada pada gurdi sebelah kiri dibanding sebelah kanan? Ternyata, hal itu membuat si joki bersemangat bicara panjang lebar. Dan di akhir wawancara, si joki berkata, "Anda terbiasa naik kuda ya...."
Ingat, wawancara biasanya berlangsung dalam waktu relatif singkat. Jika sebelum melakukan wawancara Anda tidak melakukan persiapan diri, maka yang terjadi sudah pasti hal yang buruk.
Salam kompak,
Khalayak Anda