Ayah baca puisi? Hahaha... anak-anak saya --Ayi dan Ela-- tertawa ngakak membaca berita ini. "Ngomong aja ngaco, kok ayah baca puisi...." Begitu kata anak2 saya.
Bacalah berita ini: "Puisi-puisi Kurniawan Junaedhie, Adek Alwi, dibacakan di halaman depan Teater Tertutup, Taman Ismail Marzuki, Rabu, 18 November 1981". Tulisan pendek ini, saya temukan iseng2 ketika saya seperti biasa, bermain mesin pencari Google, dengan alamat http://catalogue.nla.gov.au/Record/273864.
Tentu saja saya katakan pada anak2, bahwa meski kedengarannya ganjil, jelek-jelek berita itu faktual alias tidak bohongan. Kalau Anda juga meragukannya, --karena harap maklum, tidak sembarang orang bisa baca puisi di tempat itu -- kejadian bahwa saya dan pengarang cerpen Adek Alwi membaca puisi di TIM itu sungguh-sungguh benar adanya. Cuma kalau ditanya untuk urusan apa saya diundang baca puisi di sana, memang saya lupa.
Oya, saksi-saksinya juga banyak. Saya masih ingat, Yongke, adik saya, jauh-jauh dari rumahnya di Kebayoran Lama (waktu itu), datang ke TIM naik bis, untuk nonton saya. Saya juga ingat bebarapa seniman senior waktu itu nonton. Dan saya masih ingat benar, seusai acara itu, ketika saya membelanjakan honor baca puisi itu di kedai depan TIM, saya diumpat-umpat pelukis Hardi. "Aduh. Di luar bayangan saya, seorang Kurniawan membaca puisinya begitu jelek," katanya.
Jadi meski membaca puisinya jelek, betapa pun, tulisan ini telah melemparkan saya, jauh ke masa lalu.***