15 Desember 2007

Lazuardi Lazuardi

(Dari milis [proletar]: Penulis: Proletar2
Fri, 19 Oct 2007 20:30:22 -0700)


Kata orang kamu dulu sastrawan muda. Sempat jadi pelukis dan belajar ke Akademi Seni Rupa di Yogya. Lalu sempat juga jadi wartawan dan redaktur majalah ngepop di Jakarta. Kecil aku suka memperhatikanmu bergulat dengan mesin tik di loteng atas tempat angin malam masih gemar menyelinap celah di antara dinding papan. Pagi hari ketika kamu tertidur aku baca sebagian cerpen atau puisimu yang tidak kumengerti apa maksudnya. Ah bahasa sastrawan,tingkahmu pun jarang berada di alur kenormalan.

Wajahmu manis, rambutmu dulu sebahu. Pacar pacarmu bertampang aneh mungkin lantaran selera seniman. Nilai estetikamu berbeda dengan kebanyakan orang. Kesayangan Jamilah Mahyudin, itu tampak dari roman wajahmu yang aku perhartikan ketika berziarah ke makam ibumu itu.

Keras kepala dan gampang behutang. Sok keras tapi bertangisan tiap kali adik adikmu pulang. Ah Lazuardi...Lazuardi betapa dalam kebengalanmu begitu gampang menebakmu kecengengan hatimu yg cepat kasihan pada orang. Kekerasan hidupmu menempa dagu petakmu. Beranak 4 dari 2 kali menikah. Kata orang kamu playboy, tapi aku kira kamu cuma mencari pelariandari ke-broken heart an keluargamu dulu. Dibesari oleh seorang janda cerai yang dibiarkan miskin membuatmu dendam pada kemiskinan. Lalu kamu mulai melakukan segara cara untuk melarikan diri dari kemiskinan.

Salah satu cara yang aku tidak mengerti adalah penulisan bukumu soal Sudwikatmono dan terakhir tentang kenapa semua orang mencintai Suharto.

Lazuardi I miss you so damn much. Sering bebeda pandangan mungkin kita. Tapi tetap aku kagum dengan keberanianmu bereksperiman dalam hidup. Ketika dulu di sma aku tidak punya uang untuk study tour ke Bali, kamu rogoh dompet dan memberikan 80 ribu rupiah dan bilang, jangan kalah dengan anak anak orang berduit. Kamu adalah malaikatmu yang manis. Darahmu dan darahku sering menari bersama.

Lazuardi aku sayang kamu. Hati ini remuk kamu tinggali aku tanpa pesan. Langit menjadi begitu murung. Air terjun dari mataku. Air yang terjun terus menerus seharian.Adi Sage, kapan aku bisa menemuimu lagi. Melihat mukamu yg kadang sengaja berlagak berjuis membuatku terpingkal. Borjuis yg makan ketoprak 2000 an. Ramadhan jarang puasa tapi punya anak asuh yatim piatu di mana mana. Barangkali kamu kesayangan aku dan tuhan.

Aku sayang kamu Lazuardi. Aku ingin ikut beramai ramai datang menjengukmu seperti ratusan temanmu ditempatmu berbaring tak berdaya. Adek Alwi ada disana, Sys Ns juga, Kurniawan Junaedhi dan Muklis juga, tapi aku dengar kamu sudah tak sadar. Ah jika kamu siuman pastilah kamu akan kamu ledeki mereka sebagai manusia manusia cengeng, tidak sadar kamupun sama.

Aku akan selalu meyanyangimu Lazuardi. Kamu adalah figur yang unik. Kamu adalah kiblat, Darahmu ada di dalam darahku. Berhulu sama, mengalir dengan irama yang sama.

Selamat jalan setengah jiwa. Kamu akhirnya berjalan lurus menuju sang kekekalan. Biarkan aku membanjir jauh di sini. Di seberang benua. Separuh batinku kosong tanpa kamu. Separuh rohku, separuh ...

Tubuhmu akan sejajar dengan tubuh ibumu dibawah sekeping nisan. Namamu akan digoreskan diatas tanggal kelahiran dan kematian. Lazuardi, Lazuardi..rasanya aku ingin ikut mati.

Dan katakan jika sempat bertemu roh ibumu. Bilang pada sang pemintas badai. Bahwa di sini jauh di lain negeri ini, suatu saat rohku akan berterbangan menuju kalian. Jasad kita berdampingan lubang ke lubang. Aku akan bahagia di tengah sang ibu dan abang. O Lazuardi my dear brother..

Katakan karena kita keturunan keluarga yang mati muda, menungguku tidak akan memakan waktu terlalu lama..

Lalu suatu saat sang habepun sirna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar